Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyakit Langka Cacar Monyet Muncul Lagi Setelah 18 Tahun, Ini Gejalanya

Kompas.com - 22/07/2021, 22:04 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Lebih dari 200 orang yang tersebar di 27 negara bagian di Amerika Serikat tengah dilacak terkait kemungkinan munculnya penularan cacar monyet, menurut sejumlah pejabat kesehatan AS.

Aparat khawatir para individu tersebut telah berkontak dengan seorang pria Texas yang membawa penyakit itu dari Nigeria awal bulan ini.

Adapun pria yang bersangkutan telah dibawa ke rumah sakit dalam kini dalam kondisi stabil. Dia diyakini sebagai pasien cacar monyet pertama di AS sejak 2003 silam.

Baca juga: Inggris Temukan Kasus Baru Cacar Monyet

Sejauh ini tidak ada kasus lain yang dilaporkan muncul di AS.

Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) mengatakan individu-individu yang dilacak adalah para penumpang di dalam pesawat yang sama dengan si pria asal Texas. Mereka dikhawatirkan ikut terpapar penyakit cacar monyet.

Disebutkan CDC, pihak maskapai turut memeriksa "potensi risiko pada mereka yang mungkin berkontak dekat dengan si pria".

Meski demikian, tambah CDC, kemungkinan penyakit itu menyebar di dalam pesawat terbilang kecil karena para penumpang diharuskan memakai masker.

Pria asal Texas itu bertolak dari Lagos, Nigeria, menuju Atlanta, negara bagian Georgia, AS, pada 9 Juli. Dia kemudian melanjutkan penerbangan ke Dallas, tempat dia sekarang dirawat, menurut CDC.

Juru bicara CDC menuturkan kepada BBC bahwa mereka "bekerja sama dengan dinas kesehatan negara bagian dan daerah setempat untuk menelusuri para individu yang mungkin terpapar cacar monyet."

"Risiko terhadap masyarakat umum ditengarai rendah," kata juru bicara CDC, seraya menambahkan bahwa tidak satupun dari 200 orang yang dilacak masuk dalam golongan "risiko tinggi".

Baca juga: Bagaimana Menyebut Kerokan dan Masuk Angin di Amerika? Ini Cerita Penerjemah Medis Asal Indonesia

Cacar monyet bisa menyebabkan ruam pada wajah dan tangaSPL via BBC INDONESIA Cacar monyet bisa menyebabkan ruam pada wajah dan tanga
Cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh virus. Penyakit itu masuk dalam keluarga yang sama dengan cacar air, tapi relatif kurang ganas.

Cacar monyet umumnya menular di sejumlah kawasan tengah dan barat Afrika, dekat hutan tropis.

Gejala-gejalanya mencakup:

  • Demam, pusing, bengkak, nyeri punggung, nyeri otot, dan kurang bergairah
  • Setelah demam, ruam pada kulit bisa terjadi. Ruam kerap muncul pada bagian wajah kemudian menyebar ke bagian lain tubuh, biasanya pada telapak tangan dan telapak kaki.
  • Ruam tersebut sangat gatal dan bisa mencapai beberapa tahap sampai akhirnya pengidap mengalami kapalan, yang kemudian rontok. Rangkaian ruam itu bisa menimbulkan bekas luka pada kulit.

Sebagian besar kasus cacar monyet tergolong tidak serius, kadangkala menyerupai cacar air dan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa pekan.

Namun, cacar monyet bisa menjadi ganas. Bahkan, menurut CDC, satu dalam 100 kasus menyebabkan kematian.

Meski langka, penyakit ini pernah menjalar di AS. Wabah pada 2003 menimbulkan 47 kasus terkonfirmasi atau probable yang berkaitan dengan tikus-tikus yang didatangkan dari luar negeri.

Baca juga: Cacar Monyet Muncul Lagi Setelah 18 Tahun, Kenali Gejala dan Bedanya dengan Cacar Air

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com