KOMPAS.com - Malaysia Airlines Penerbangan 17 (MH17/MAS17) terbang di atas langit Ukraina pada ketinggian 33.000 kaki (10.060 m) pada 17 Juli 2014.
Pesawat kemudian mengubah ketinggian ke 35.000 kaki, ketika mencapai kawasan Dnipropetrovsk, menyusul adanya pesawat lain yang terbang dengan ketinggian yang sama, yaitu Singapore Airlines Penerbangan 351.
Ketika MH17 sampai ke daerah yang ditentukan, menara Dnipro menyuruh MH17 untuk menanjak ke 35.000 kaki.
Tapi para kru meminta agar tetap pada ketinggian 33.000 kaki dan diperbolehkan oleh menara, di mana menara kemudian menyuruh SQ351 untuk naik ke ketinggian 35.000 kaki.
Baca juga: Jenderal Rusia Dituduh Izinkan Kirim Rudal yang Tembak Malaysia Airlines MH17
Dnipro Control kemudian menyadari bahwa MH17 terbang 6,7 km melewati rute yang ditentukan, yang mengindikasikan bahwa pesawat keluar jalur.
Mereka kemudian disuruh kembali ke rute yang ditentukan. Menara Dnipro kemudian mengabarkan kepada menara pengendali Rusia Rostov-on-Don (RND) dan meminta izin untuk mengalihkan pelacakan kepada otoritas Rusia itu.
Setelah mendapat izin, Menara Dnipro kemudian mencoba untuk mengontak MH17 dan memberi detail kepada Rostov-on-Don.
Tapi setelah beberapa kali panggilan kepada MH17, tidak ada respon sama sekali.
Menara Dnipro pun meminta agar RND mengecek layar mereka, untuk mengetahui apakah MH17 masih ada di layar radar mereka.
RND kemudian mengonfirmasi bahwa pesawat telah hilang.
Malaysia Airlines, tak lama kemudian mengumumkan: "Kami menerima informasi dari menara pengawas penerbangan Ukraina bahwa pesawat Malaysia Airlines Penerbangan 17 hilang kontak."
Baca juga: Rusia Diduga Telepon Pemberontak Ukraina yang Jatuhkan Pesawat Malaysia Airlines MH17
Yang kemudian terungkap adalah, saat pesawat Boeing 777-200ER tersebut sedang berada pada ketinggian 33.000 kaki, di darat, militan pro-Rusia menembakkan rudal Buk dengan target MH17.
Ini adalah kesalahpahaman yang fatal, di mana mereka mengira pesawat tersebut ialah sebuah pesawat Antonov yang membawa militer Rusia.
Rudal tersebut berisi paku dan materi-materi tajam, dan akan terlempar ketika akan diledakkan.
298 orang penumpang pun jadi korban saat rudal meledak di bagian kiri pesawat, tepat di atas kokpit dan kelas bisnis.