Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Fotografer Pemenang Pulitzer Prize Terbunuh dalam Serangan Taliban di Afghanistan

Kompas.com - 17/07/2021, 05:39 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Seorang fotografer pemenang Pulitzer Prize dari kantor berita Reuters tewas pada Jumat (17/7/2021) saat meliput pertempuran antara pasukan keamanan Afghanistan dan Taliban di dekat perbatasan Afghanistan-Pakistan.

Pasukan keamanan Afghanistan berjuang untuk merebut kembali Spin Boldak ketika Siddiqui Denmar dan seorang perwira senior tewas dalam baku tembak dengan Taliban.

Reuters melaporkan Siddiqui, seorang warga negara India, telah bergabung dengan pasukan khusus Afghanistan di bekas benteng Taliban di Kandahar pada pekan ini, seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (16/7/2021).

Baca juga: Taliban Tawarkan Gencatan Senjata Selama 3 Bulan, tetapi Minta Syarat Ini...

"Kami segera mencari lebih banyak informasi, bekerja dengan pihak berwenang di kawasan itu," kata presiden Reuters Michael Friedenberg dan pemimpin redaksi Alessandra Galloni dalam sebuah pernyataan.

"Danish adalah jurnalis yang luar biasa, suami, dan ayah yang setia, serta kolega yang sangat dicintai. Pikiran kami bersama keluarganya pada saat yang mengerikan ini," kata Friedenberg.

Reuters mengatakan Siddiqui (38 tahun), sebelumnya dilaporkan terluka di lengan oleh pecahan peluru saat meliput pertempuran.

Dia sempat dirawat dan sudah pulih, ketika militan Taliban mundur dari pertempuran di Spin Boldak.

Baca juga: Bendera Taliban Berkibar di Pos Perbatasan Afghanistan-Pakistan, Tandai Kekuasaan Meluas

Namun, kemudian Reuters melaporkan bahwa seorang komandan Afghanistan yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada mereka bahwa Siddiqui sedang berbicara dengan penjaga toko ketika Taliban mengirimkan serangan lagi.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani menyatakan keterkejutannya atas kematian Siddiqui, dan mengatakan dia terbunuh saat meliput "kekejaman Taliban".

Siddiqui adalah bagian dari tim untuk membagikan Penghargaan Pulitzer 2018 untuk Fotografi Fitur karena mendokumentasikan krisis pengungsi Rohingya.

Baca juga: Taliban Minta Daftar Gadis dan Janda untuk Dinikahi sebagai Budak

Reuters mengatakan pria 38 tahun itu telah bekerja untuk mereka sejak 2010, meliput perang di Afghanistan dan Irak, krisis pengungsi Rohingya, protes Hong Kong serta gempa Nepal.

Afghanistan telah lama menjadi salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi jurnalis.

Pada Mei, pengawas media Reporters Without Borders (RSF) menempatkan Afghanistan di peringkat 122 dari 180 negara pada Indeks Kebebasan Pers Dunia terbaru.

Beberapa jurnalis, termasuk wanita, tewas dalam serangan yang telah ditargetkan, sejak Taliban dan Washington menandatangani kesepakatan pada Februari 2020 yang membuka jalan bagi penarikan pasukan asing.

Baca juga: Tentara Rusia Berlatih di Tajikistan Saat Taliban Makin Kuat di Afghanistan

Pembawa acara televisi terkemuka, reporter, dan pekerja lepas telah ditembak mati dalam lalu lintas jam sibuk di Kabul dan kota-kota lain di Afghanisstan, sementara puluhan lainnya terancam.

Para pejabat menyalahkan Taliban atas pembunuhan tersebut, meskipun beberapa pembunuhan telah diklaim oleh ISIS.

Sekitar 1.000 pekerja media Afghanistan telah meninggalkan pekerjaan mereka, sebuah komite keselamatan wartawan Afghanistan mengatakan hal ini pada Mei.

"Ancaman dan kekerasan terhadap jurnalis berdampak langsung pada media dan mempersulit pekerjaan mereka," kata RSF.

Baca juga: Lagi, Taliban Rebut Wilayah Perbatasan Penting di Afghanistan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com