Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: "Kacau" Pencampuran Vaksin Covid-19 Berbeda Produsen oleh Individu

Kompas.com - 14/07/2021, 12:36 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) melarang pencampuran vaksin Covid-19 yang berbeda produsen oleh individu secara bebas. Keputusan seperti itu harus diserahkan kepada otoritas kesehatan masyarakat.

"Ini tren yang berbahaya," kata Kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan dalam konferensi pers online pada Senin (12/7/2021) setelah muncul pertanyaan tentang suntikan booster vaksin Covid-19.

"Ini akan menjadi situasi yang kacau di berbagai negara, jika warga mulai memutuskan sendiri kapan dan siapa yang akan mengambil dosis kedua, ketiga, dan keempat," ujar Swaminathan seperti yang dilansir dari The Guardian pada Rabu (14/7/2021).

Baca juga: WHO Sebut Vaksin Booster Belum Dibutuhkan, Ini Alasannya

Swaminathan menyebut pencampuran vaksin Covid-19 itu belum ada data studinya, tetapi kemudian ia meralat pernyataannya.

"Individu tidak boleh memutuskan sendiri, lembaga kesehatan masyarakat yang dapat, berdasarkan data yang tersedia," tulisnya di Twitter.

Kemudian, ia menerangkan, "Data tentang studi pencampuran vaksin yang berbeda (produsen) masih harus ditunggu, imunogenisitas dan keamanannya perlu di evaluasi."

Beberapa studi menunjukkan hasil positif dari pencampuran vaksin Covid-19, tetapi perlu penelitian lebih lanjutuntuk mendukungnya.

Baca juga: Vaksin Sputnik V Akan Diproduksi 300 Juta Dosis per Tahun di India

Mencampur vaksin Covid-19 dipandang sebagai pilihan di beberapa negara, saat pasokan vaksin tertentu kurang.

WHO khawatir di mana individu memutuskan sendiri vaksin Covid-19 produksi siapa yang akan didapat dan seberapa lama jarak antara suntikan vaksin, jika mereka tidak dibimbing dari otoritas kesehatan.

Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO tentang vaksin Covid-19 mengatakan pada Juni bahwa vaksin Pfizer Inc dapat digunakan sebagai dosis kedua setelah dosis awal AstraZeneca, jika yang terakhir tidak tersedia.

Baca juga: Badan Kesehatan AS Peringatkan Muncul Kasus Gangguan Neurologis Langka dari Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson

Uji klinis yang dipimpin oleh Universitas Oxford di Inggris sedang berlangsung untuk menyelidiki pencampuran rejimen vaksin AstraZeneca dan Pfizer. Uji coba baru-baru ini diperluas untuk memasukkan vaksin Moderna Inc dan Novovax Inc.

Komentar WHO muncul ketika Vietnam mengumumkan akan menawarkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama oleh Pfizer dan BioNTech sebagai opsi dosis kedua untuk orang yang pertama kali diinokulasi dengan vaksin AstraZeneca.

Kampanye inokulasi massal Vietnam masih dalam tahap awal, dengan kurang dari 300.000 orang telah divaksinasi penuh sejauh ini.

Baca juga: Presiden Perancis Perintahkan Semua Nakes Dapat Vaksin Covid-19

Sejauh ini telah menggunakan vaksin vektor virus AstraZeneca dan minggu lalu menerima pengiriman 97.000 dosis suntikan mRNA Pfizer/BioNTech.

“Vaksin Pfizer akan diprioritaskan untuk orang yang diberi suntikan pertama AstraZeneca 8-12 minggu sebelumnya,” kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.

Beberapa negara, termasuk Kanada, Spanyol dan Korea Selatan, telah menyetujui pencampuran vaksin Covid-19 tersebut, terutama karena kekhawatiran tentang pembekuan darah yang langka dan berpotensi fatal terkait dengan vaksin AstraZeneca.

Sebuah hasil awal penelitian di Spanyol menemukan bahwa kombinasi Pfizer-AstraZeneca sangat aman dan efektif.

Baca juga: Diperingatkan WHO soal Campur Vaksin Covid-19, Ini Pembelaan Thailand

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com