Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Melonjak, Junta Myanmar Pesan Vaksin dari Rusia dan China

Kompas.com - 30/06/2021, 14:56 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Pemimpin junta militer Myanmar Min Aung Hlaing menyebut, pihaknya sedang bernegosiasi untuk membeli jutaan dosis vaksin Sputnik V dari Rusia.

Min Aung Hlaing mengatakan hal tersebut dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia RIA.

Dalam wawancara itu, Min Aung Hlaing mengatakan bahawa awalnya Myanmar ingin membeli dua juta dosis vaksin virus corona buatan Sputnik V.

Baca juga: Myanmar Bakar Narkoba Senilai Rp 10 Triliun

Namun kini, pihaknya menginginkan tujuh juta dosis vaksin Sputnik V sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (30/6/2021).

"Kami telah melakukan negosiasi untuk membeli lebih banyak (vaksin) dari Rusia," kata Min Aung Hlaing dalam wawancara tersebut.

Namun demikian, dia tidak memerinci jenis vaksin apa yang dimaksud apakah itu vaksin Sputnik V atau vaksin Sputnik Ligh satu suntikan.

Sang pemimpin junta militer Myanmar itu menyebut, awalnya Myanmar mengandalkan India untuk memasok sebagian besar vaksin Covid-19.

Baca juga: Kudeta Myanmar Membuat Lebih dari 200.000 Orang Jadi Pengungsi

Namun, Min Aung Hlaing menyebutkan, “Negeri Anak Benua” kini tidak bisa memberikan lebih banyak vaksin Covid-19.

Pasalnya, saat ini India tengah berjuang menangani wabah virus corona di negaranya sendiri.

"China juga telah mengirimkan beberapa vaksin dan kami juga telah menggunakannya. Kami juga akan melanjutkan negosiasi dengan China," tutur Ming Aung Hlaing.

Menurut data Kementerian Kesehatan Myanmar, negara tersebut telah mencatat 155.697 kasus Covid-19 dan 3.320 kematian akibat virus corona.

Baca juga: Pemimpin Militer Myanmar Bidik Beberapa Negara yang “Ganggu” Urusan dalam Negerinya

Namun bulan ini, Myanmar telah melaporkan lonjakan kasus Covid-19, sehingga muncul kekhawatiran akan adanya gelombang baru virus corona yang lebih besar.

Banyak dari kasus infeksi Covid-19 baru tersebut dilaporkan dari dekat perbatasan dengan India.

Beberapa ahli kesehatan mengatakan, jumlah kasus Covid-19 yang sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi mengingat terhambatnya pengujian sejak kudeta militer pada 1 Februari.

Tenaga kesehatan bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil untuk memprotes penggulingan penguasa de facto Aung San Suu Kyi.

Baca juga: Rusia Nyatakan Perkuat Hubungan Militer dengan Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Viral Insiden Berebut Kursi dalam Kereta, Wanita Ini Tak Segan Duduki Penumpang Lain

Global
7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com