Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/06/2021, 12:27 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

 BERN, KOMPAS.com - Kabar gembira datang dari Elfenauweg 51, Bern, Swiss. Meski ekspor kelapa sawit Indonesia belum resmi masuk Swiss, neraca perdagangan antara dua negara ternyata sudah surplus.

"Ini adalah berita baik, meskipun perdagangan dunia cenderung menurun, tetapi Indonesia berhasil mencatat nilai surplus perdagangan dengan Swiss,“ tutur Muliaman Hadad, Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein, kepada Kompas.com.

Baca juga: Rakyat Swiss Izinkan Kelapa Sawit Indonesia Boleh Masuk

Indonesia, masih menurut Muliaman Hadad, dalam periode Januari hingga Mei 2021, berhasil mencatat nilai ekspor sebasar 782 juta dollar AS. "Sementara impor hanya 159 juta dollar AS,“ katanya.

Uniknya, surplus senilai 623 juta dollar AS terjadi sebelum ekspor kelapa sawit Indonesia masuk Swiss. Diperkirakan, jika kelapa sawit Indonesia masuk Swiss, surplus nilai perdagangan Indonesia dan Swiss akan semakin meningkat.

Hubungan dagang antara Indonesia dan Swiss sempat menarik perhatian dunia, setelah rakyat Swiss, untuk pertama kalinya, memutuskan referendum untuk menolak perjanjian dagang antara dua negara.

Dalam perjanjian dagang tersebut, salah satu isinya Indonesia akan memasok kelapa sawit dengan harga miring ke Heidiland. Upaya penolakan publik tersebut gagal lantaran 51 persen masyarakat Swiss ternyata menerima masuknya produk kelapa sawit.

Meskpun sudah disetujui rakyat Swiss, masuknya kelapa sawit ke Swiss masih dalam proses ratifikasi. "KBRI Bern saat ini sedang mempersiapkan proses masuknya produk Indonesia dari hasil referendum tersebut,“ kata Muliaman Hadad.

Salah satunya adalah membentuk trading house. "Kami aktif bertemu dengan pengusaha Swiss, khususnya restoran, kedai kopi dan pengusaha bidang jasa lainnya,“ imbuh Muliaman Hadad.

Saat ini, produk ekspor andalan Indonesia ke Swiss masih didominasi logam mulia (75 persen), lalu disusul alas kaki, tekstil, elektronika, kopi, mebel, minyak atsiri, mesin turbin, dan kimia organik.

Perekonomian Swiss sendiri, meskipun dikenal sebagai salah satu negara makmur dan stabil di Eropa, mengalami kemunduran akibat pandemi Covid-19. Kemunduran sebanyak 0,5 persen disebabkan karena Swiss merupakan negara yang berorientasi ekspor.

Baca juga: Uni Eropa dan ASEAN Sepakat Keberlanjutan Minyak Sawit adalah Tujuan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com