Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanpa China, Ilmuwan Yakin Investigasi Asal Usul Covid-19 Masih Mungkin dengan Cara Ini

Kompas.com - 29/06/2021, 16:08 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

JENEWA, KOMPAS.com - China menolak seruan internasional untuk penyelidikan tambahan tentang asal usul Covid-19.

Meski begitu, beberapa ilmuwan percaya penyelidikan mungkin dilakukan bahkan tanpa Beijing. Caranya dengan investigasi pada sampel dari seluruh dunia dan data percakapan yang dilakukan badan kesehatan dengan Institut Virologi Wuhan.

Baca juga: China Protes, Pernyataan G7 Singgung Uighur hingga Asal Usul Covid-19

Sebuah tim peneliti internasional yang dihimpun oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengunjungi China awal tahun ini.

Hasil Laporan WHO di Wuhan yang mereka lakukan menentukan kemungkinan yang paling mungkin adalah bahwa Covid-19 berasal secara alami.

Beijing menggunakan laporan yang tidak menarik kesimpulan definitif itu, sebagai “pembebasan” Institut Virologi Wuhan dari tuduhan.

Tetapi alih-alih “mengamini” hal itu, sorotan seluruh dunia kini justru semakin besar ke laboratorium tersebut. China juga diminta untuk lebih transparan dalam studi masa depan.

Idealnya, penyelidikan apa pun terkait asal usul Covid-19 akan bekerja dengan penuh China.

Tetapi jika hal itu tidak terjadi, 31 ilmuwan dan komunikator sains percaya bahwa penyelidikan menyeluruh masih memiliki "peluang keberhasilan yang realistis," melansir Newsweek pada Senin (28/6/2021).

Untuk melakukan jenis investigasi itu, penandatangan surat terbuka dirilis pada Senin (28/6/2021).

Investigasi ini akan mencakup "pencarian sistematis" untuk dokumen, sampel, dan patogen dari laboratorium Wuhan yang diambil secara offline.

Baca juga: WHO Desak China Transparan dan Kooperatif Pecahkan Misteri Asal-usul Covid-19

Investigasi sistematis

China menghadapi kritik karena menyensor informasi tentang pandemi, dan penghapusan urutan genetik dari database. Hal ini memicu kekhawatiran tentang kemampuan Beijing untuk transparan.

Jesse Bloom, seorang ahli biologi komputasi dan spesialis dalam evolusi virus di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson di Seattle, menemukan 13 urutan genetik yang dapat membantu menjawab pertanyaan tentang bagaimana Covid-19 berasal.

"Tidak ada alasan ilmiah yang masuk akal untuk penghapusan (urutan genetik) itu," tulis Bloom dalam laporan pracetak.

"Oleh karena itu, tampaknya urutannya dihapus untuk mengaburkan keberadaan mereka ... ini menunjukkan upaya (China) yang setengah hati untuk melacak penyebaran awal epidemi."

Bersamaan dengan pengambilan data tambahan dari Institut Virologi Wuhan, surat terbuka itu menyerukan pengungkapan data komunikasi yang relevan antara laboratorium dan mitranya di Amerika Utara dan Eropa.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com