CANBERRA, KOMPAS.com - Menurut sebuah penelitian terbaru, virus-virus corona telah menyebabkan wabah penyakit yang besar dan kita telah berjuang melawannya selama ribuan tahun.
Di tahun 2002, virus corona sempat menjadi wabah, dikenal dengan SARS di China, menjangkiti lebih dari 8.000 orang dan 800 orang meninggal.
SARS adalah singkatan dari severe acute respiratory syndrome, sindrom pernapasan yang sangat akut.
Baca juga: Covid-19 Kemungkinan Sudah Menyebar di China Sejak Oktober 2019
Empat tahun kemudian terjadi sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) yang juga disebabkan oleh virus corona dengan jumlah 2.400 kasus dan 850 orang meninggal.
Dan sekarang dunia sedang menghadapi berbagai varian dari SARS-CoV 2, yakni virus yang menyebabkan Covid-19.
Sekelompok ilmuwan Australia dan Amerika Serikat menemukan epidemi virus corona pernah terjadi di Asia Timur 25.000 tahun lalu dan berlangsung selama 20.000 tahun.
Menurut penelitian mereka yang diterbitkan di jurnal Current Biology hari Jumat (25/6/2021), bukti dari adanya epidemi tersebut bisa dilihat dari genome yang dimiliki oleh warga dari kawasan Asia Timur.
"Ini menimbulkan malapetaka di kalangan penduduk di sana dan meninggalkan tanda genetis," kata Kirill Alexandrov, pakar biologi sintetis di Queensland University of Technology (QUT).
Sama seperti pepohonan, gen yang kita miliki bisa menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu.
Mutasi random dalam gen kita akan membuat sebagian orang lebih mudah terkena infeksi penyakit atau mengalami tingkat penyakit yang lebih parah dibandingkan yang lainnya.
Sebagai contoh, penelitian baru-baru ini menemukan mereka yang memiliki gen dari Neanderthals sekitar 50.000 tahun lalu, berisiko mengalami gejala Covid-19 yang lebih parah.
Namun mutasi lain bisa berdampak sebaliknya, bahkan memberikan perlindungan ketika wabah penyakit terjadi.
Baca juga: 10 Bulan Beruntun Positif 43 Kali, Inilah Pasien Covid-19 Terlama di Dunia
"Jadi yang terjadi selama beberapa generasi adalah varian gen yang menguntungkan akan semakin berkembang," kata peneliti lainnya, Yassine Souilmi dari University of Adelaide.
"Dan ini akan meningggalkan jejak yang sangat jelas beberapa generasi berikutnya."
Namun menurut Dr Soulimi, diperlukan waktu sekitar 500 sampai 1.000 tahun hingga tanda tersebut muncul dalam genome warga.