Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendekatan Indonesia ke Pemerintahan Baru Israel Perlu Diubah jika Ingin Bantu Palestina Lebih Jauh

Kompas.com - 15/06/2021, 10:42 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Kompas.com

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia disarankan untuk melakukan terobosan pendekatan jika ingin membantu menyelesaikan konflik Israel-Palestina dengan pemerintahan baru Israel. Terlebih lagi, mengingat cara lama Indonesia terbukti tidak efektif.

“Cara-cara yang dipakai Indonesia sejak 1948 terbukti tidak efektif, sudah mentok bahkan. Karena kekuatan Palestina sebagai suatu entitas politik pun makin tercerai berai,” ujar Dinna Prapto Raharja, praktisi dan pengajar Hubungan Internasional, kepada Kompas.com pada Senin (14/6/2021).

Baca juga: Pemerintahan Baru Israel Dikhawatirkan Bisa Lebih Keras ke Palestina

Menurutnya, membangun hubungan dengan Israel menjadi suatu hal yang tidak terhindarkan saat ini.

Adapun dalam kenyataannya, sudah bertahun-tahun Indonesia dan negara-negara pesaing di Asia menggunakan produk dan teknologi Israel yang memang terdepan di tingkat global.

Dalam kenyataannya juga, menurut pandangan ahli, membuka hubungan diplomatik tidaklah sama dengan mengakui bahwa tindakan Israel kepada Palestina adalah benar.

“Hubungan diplomatik itu ada banyak dimensi, yang penting adalah kita punya strategi jelas, sigap, dan taktis,” ujar Dinna yang juga pendiri Synergy Policies.

Baca juga: Lengserkan Rezim 12 Tahun, Ini Janji dan Tantangan PM Baru Israel Naftali Bennett

Posisi Indonesia dalam konflik Israel Palestina saat ini juga dinilai bisa lebih berpengaruh dan berpotensi mampu menekan "Negeri Zionis", yang kini di bawah pemerintahan Perdana Mentri baru Israel Naftali Bennett.

Hal itu terlihat dari sejumlah faktor seperti kondisi neraca perdagangan Israel yang defisit dengan Indonesia dan negara-negara ASEAN. Artinya, Indonesia memiliki keunggulan tertentu yang bisa dijadikan kekuatan untuk menekan Israel.

Selain itu, setelah terpilihnya pemerintahan baru Israel saat ini, kondisi di dalam “Negeri Zionis” sedang koyak persatuannya.

Masuknya kubu Arab ke koalisi pemerintah dikhawatirkan justru membuat mereka kehilangan alasan untuk berbeda pendapat dengan kubu-kubu partai kanan di dalam Israel.

Baca juga: Pemerintahan Baru Israel Masih Rapuh, Palestina Bisa Kena Dampak

Faktor ketiga yang bisa menguatkan posisi Indonesia adalah karena Liga Arab dan OKI terbukti tidak bisa mengangkat isu Israel-Palestina. Apalagi, saat ini perekonomian mereka tertekan akibat Covid-19 dan kegagalan melakukan diversifikasi ekonomi.

“Indonesia bisa menjadi kekuatan alternatif di luar negara-negara Arab itu,” terang Dinna.

Jika serius membantu Palestina lebih jauh, menurutnya, Indonesia sudah punya jalur untuk berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam Israel dan Palestina.

Terlebih lagi ketika jalur komunikasi, ekonomi, dan politik dibuka.

“Indonesia juga punya alasan untuk lebih sigap dan akuntabel tentang perjuangan membela Palestina dibandingkan kalau pasif saja seperti sekarang.”

Baca juga: Netanyahu Lengser dari PM Israel, Palestina: Periode Terburuk Berakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Kompas.com
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Global
Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut di Malaysia, 10 Korban Tewas, Tak Ada yang Selamat

Global
Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Rishi Sunak Janjikan Paket Militer untuk Ukraina hingga Rp 10 Triliun

Global
Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Mengapa Israel Menyerang Kota Isfahan di Iran?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com