PYONGYANG, KOMPAS.com - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyebut K-Pop sebagai "kanker ganas" yang menggerogoti negaranya.
Melalui media pemerintah, Kim menyatakan generasi muda negaranya meniru kebudayaan tetangga sekaligus musuh bebuyutannya, Korea Selatan.
Menurut Kim, gaya rambut, gaya berbicara, cara berpakaian, dan perilaku anak muda Korut "teracuni" Korea Selatan.
Baca juga: Kim Jong Un Makin Benci Budaya Asing, Nonton K-Pop Bisa Dihukum Mati
Kim Jong Un menekankan, jika mereka membiarkan kondisi ini berlanjut, Korea Utara bakal hancur seperti "tembok yang lembab".
Setelah memenangkan fans di seluruh dunia, kultur pop Korsel, termasuk K-Pop, memasuki "rintangan terakhir": Korea Utara.
Karena perkembangannya mulai pesat, rezim Kim bertindak dengan mencanangkan perang terhadap kultur budaya "Negeri Ginseng".
Dilansir New York Times Jumat (11/6/2021), rezim Kim menganggap budaya tersebut "anti-sosialis dan non-sosialis".
Bahkan, pekan lalu muncul kabar seorang pria ditembak mati di hadapan umum karena menjual film asal Korsel.
Pengetatan itu terjadi ketika ekonomi Korut begitu terpuruk, baik karena sanksi Barat maupun pandemi virus corona.
Baca juga: Kim Jong Un Larang Rakyatnya Potong Rambut Gaya Mullet dan Pakai Skinny Jeans
Jung Gwang Il, pembelot Korut yang mengelola penyelundupan K-Pop mengungkapkan, rezim Kim harus memasukkan ideologinya ke anak-anak muda.
"Generasi saat ini berpikir tak berutang apa pun kepada Kim Jong Un. Jadi, dia harus mengontrol ideologi jika tak ingin kekuasaan keluarganya runtuh," kata dia.
Propaganda Pyongyang sendiri sejak lama mendeskripsikan Korea Selatan sebagai "neraka yang diisi para pengemis".
Melalui K-drama (drakor dalam istilah Indonesia), warga Korut mengetahui seperti apa realitas negaranya.
Di saat mereka tengah berjuang untuk mendapatkan pasokan makanan, warga Korea Selatan berjuang mengurangi berat badan.
Tak heran, hiburan "Negeri Ginseng" sangat mendapat tempat di hati mereka, meski harus menontonnya secara sembunyi-sembunyi.
Baca juga: Kim Jong Un Larang Jins Ketat karena Khawatir Bakal Mengganggu Rezimnya