Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura: Mengecewakan Progres Penyelesaian Krisis Kudeta Myanmar "Sangat Lambat"

Kompas.com - 08/06/2021, 11:29 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

CHONGQING, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan mengatakan pada Senin (7/6/2021) bahwa progres penyelesaian krisis kudeta Myanmar yang "sangat lambat" membuat kecewa.

Situasi di Myanmar menjadi salah satu yang dibahas dalam diskusi di Pertemuan Spesial ASEAN dengan Menteri Luar Negeri China di Chongqing, China.

Baca juga: Bentrok dengan Warga Desa, Tentara Myanmar Bunuh 4 Orang

"Semua bersatu dalam keperluan untuk segera menghentikan kekerasan, tentang perlunya pembebasan tahanan dan untuk negosiasi serta dialog yang berarti di antara berbagai pihak," ujar Balakrishnan seperti yang dilansir dari Channel News Asia pada Senin (7/6/2021).

"Dan penunjukkan duta ASEAN akan masuk akal, jika ada keinginan tulus di dalam Myanmar sendiri untuk dialog dan negosiasi serta rekonsiliasi yang tulus. Jadi ini masih dalam proses," jelasnya.

Baca juga: Tentara Myanmar Gunakan Warga Desa sebagai Tameng Hidup Lawan Pemberontak

"Sejujurnya kami kecewa karena progresnya sangat lambat. Sayangnya, kita tahu bahwa masih ada warga sipil yang menjadi korban luka atau tewas," ungkapnya.

Selain itu, Menlu Singapura ini menyebutkan bahwa masih banyak tahanan politik yang tidak dibebaskan.

Menurut politisi Partai Aksi Rakyat Singapura ini, "tidak ada tanda-tanda nyata dari hasil dialog dan negosiasi politik yang berarti. Jadi, kita harus mengawasi."

Baca juga: Bentrokan Terbaru di Myanmar 20 Orang Tewas, Total 845 Sejak Kudeta

Balakrishnan menegaskan bahwa peran utama ASEAN adalah bukan untuk ikut campur masalah dalam negeri Myanmar, "pada akhirnya, hanya orang-orang di Myanmar yang dapat menentukan masa depannya".

"Namun, ASEAN siap membantu, mendukung, memfasilitasi mediasi, jika memungkinkan, tetapi kami harus menunggu. Ini mengecewakan, tapi tidak jangan putus asa," ucap Menlu Singapura.

Baca juga: Tentara Myanmar Bentrok dengan Warga Desa, 3 Orang Tewas

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com