HANOI, KOMPAS.com - Pemerintah Vietnam disebut dilaporkan meminta warganya mendonasikan uang, demi mendanai program vaksin Covid-19.
Begara Asia Tenggara itu tengah menghadapi gelombang baru penularan, dengan 60 persen dari total kasus yang dibukukan terjadi dalam sebulan terakhir.
Kini, pemerintah mengirimkan pesan teks kepada warga untuk bersedia menyumbang program pembelian maupun pengembangan vaksin.
Baca juga: Kota di Vietnam Ini Terapkan Protokol Penanganan Covid-19 Selama 2 Pekan
Vietnam disebut mengalkulasi anggaran vaksinasi Covid-19 mencapai 777 juta poundsterling, atau Rp 15,6 triliun.
Permintaan tersebut disampaikan setelah Rusia setuju menyediakan 20 juta vaksin Sputnik V pada 2020 ini.
"Vietnam mencoba mendapatkan akses sumber vaksin virus corona untuk mempercepat vaksinasi warga," kata Menteri Kesehatan Nguyen Thanh Long.
Hanoi memutuskan menerima Sputnik V pada Maret, dan mempercepat proses pengadaan karena peningkatan penyebaran corona.
Karena itu, Presiden Nguyen Xuan Phuc mengizim surat berisi permohonan bantuan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Sebelumnya dilansir Sky News Kamis (3/6/20210, Presiden Xuan Phuc juga meminta bantuan kepada Presiden AS, Joe Biden.
Baca juga: Vietnam Temukan Varian Covid-19 Baru, Gabungan Galur India dan Inggris
Selain itu, media setempat pada Mei lalu memberitakan kemungkinan mereka memproduksi Sputnik V secara lokal.
Long menjelaskan perusahaan farmasi negara, Vabiotech, bakal memproduksi vaksin Rusia mulai Juli, dengan kapasitas bulanan mencapai lima juta dosis.
"Ini merupakan momen terpenting bagi Rusia untuk segera mentransfer teknologi produksi vaksin kepada Vietnam," jelas Long.
Menkes Long berujar, dia berharap bisa mendapatkan 150 juta dosis hingga 2021, demi menginokulasi 75 persen dari total 98 juta jiwa warganya.
Sebelumnya, negara tersebut menuturkan peningkatan kasus disebabkan adanya penemuan varian baru virus corona.
Baca juga: Penerima Vaksin Covid-19 AstraZeneca di Vietnam Meninggal Sehari setelah Disuntik
Menkes Long saat itu menyatakan, varian tersebut merupakan mutasi dari varian India dan Inggris, yang lebih cepat menular di udara.
Namun Kidong Park, perwakilan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Vietnam berkata, galur itu sebenarnya turunan dari varian India, yang kini dinamai varian Delta.
"Saat ini belum terdapat varian hibrida baru di Vietnam berdasarkan pengamatan Vietnam," jelas Park.
Hingga saat ini, Vietnam sudah melaporkan 7.781 kasus penularan Covid-19 dengan 49 korban meninggal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.