Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenlu AS: Penahanan Jurnalis oleh Militer Myanmar Ancam Demokrasi

Kompas.com - 29/05/2021, 21:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

WASHINGTON DC,. KOMPAS.com - Pemerintah AS meminta junta militer Myanmar agar segera membebaskan Daniel 'Danny' Fenster, jurnalis asal AS pada Sabtu (29/5/2021).

Danny, dilansir Reuters, ditahan militer saat akan pulang ke AS di Bandara Internasional Yangon, Myanmar, Senin (24/5/2021) lalu. Danny adalah editor di situs berita Frontier Myanmar.

Danny diduga ditahan di Penjara Insein, yang terkenal sebagai penjara tahanan politik rezim militer Myanmar.

Kementrian Luar Negeri AS, dalam keterangan yang dikutip Reuters, menyayangkan penahanan ini.

"Kami mendesak rezim militer segera membebaskan yang bersangkutan sampai dia selamat pulang ke rumah dan bertemu keluarganya," kata Kemenlu AS.

Akses konsuler bagi Danny juga harus dibukakan, sesuai Konvensi Wina tentang urusan kekonsuleran.

"Urusan konsuler harus segera dibuka, tanpa harus ditunda-tunda. Myanmar juga harus memperlakukan Daniel dengan baik selama di tahanan," tambahnya.

Baca juga: 9 Negara Asean Termasuk Indonesia Tolak Embargo Senjata untuk Myanmar

Penangkapan dan penahanan terhadap Danny, ditambah tindak kekerasan yang dilakukan Junta Militer Myanmar terhadap sejumlah jurnalis, dinilai Kemenlu AS sebagai bentuk pembatasan kebebasan berpendapat yang mencederai nilai demokrasi.

Tercatat, junta Myanmar sejauh ini belum membebaskan sekitar 34 jurnalis dan juru kamera.

Yuki Kitazumi, jurnalis Jepang, bahkan dua kali ditangkap aparat Myanmar, meski sudah dibebaskan pada akhir pekan lalu dan kembali ke Tokyo.

Maret lalu, seorang jurnalis kantor berita BBC juga ditahan pasca0ditangkap aparat keamanan tanpa seragam saat sedang meliput di luar gedung pengadilan di Naypyidaw.

Sebelumnya, Robert Bociaga, kameramen asal Polandia, juga sempat ditahan ketika meliput aksi unjuk rasa menentang kudeta, dan dibebaskan Maret lalu.

Baca juga: Masih Dilanda Kudeta, Myanmar Tak Diundang ke Rapat Tahunan WHO

Sebelumnya, dilansir VOA, Amnesty International pada Kamis (27/5/2021), menyerukan pada junta militer Myanmar agar segera mencabut semua dakwaan pada jurnalis yang ditahan sejak kudeta 1 Februari.

Tercatat, ada sedikitnya 88 wartawan yang ditangkap sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil yang sah. Angka ini dikutip dari badan pengawas independen Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik Myanmar.

Organisasi hak asasi manusia itu juga mengatakan bahwa penganiayaan, intimidasi, perlakuan kejam dan kekerasan yang dihadapi jurnalis adalah upaya memberangus perbedaan pendapat secara damai.

Baca juga: WhatsApp Blokir Akun Milik Jurnalis di Jalur Gaza

Menurut Amnesty International, para jurnalis hanya semata-mata ingin melakukan pekerjaan dan melaksanakan hak asasi mereka secara damai. Tidak perlu ditangkap, apalagi dengan kekerasan.

Menanggapi hal ini, militer Myanmar mengatakan bahwa pihaknya hanya menangkap jurnalis yang memicu kerusuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

7 Tahun Dikira Jantan, Kuda Nil di Jepang Ini Ternyata Betina

Global
Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Perusahaan Asuransi AS Ungkap Pencurian Data Kesehatan Pribadi Warga AS dalam Jumlah Besar

Global
China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

China Kecam AS karena Tuduh Beijing Pasok Komponen ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Serangan Udara Rusia di Odessa Ukraina Lukai 9 Orang Termasuk 4 Anak

Global
AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

AS Klaim Tak Terapkan Standar Ganda soal Israel dan HAM, Apa Dalihnya?

Global
Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Kecelakaan 2 Helikopter Malaysia Jatuh Terjadi Usai Rotornya Bersenggolan

Global
Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Kata Raja dan PM Malaysia soal Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut yang Tewaskan 10 Orang

Global
Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Arab Saudi Jadi Ketua Komisi Perempuan, Picu Kecaman Pegiat HAM

Global
Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Malaysia Minta Video Tabrakan 2 Helikopter Angkatan Laut Tak Disebarluaskan

Global
Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Puluhan Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Rangkuman Hari Ke-789 Serangan Rusia ke Ukraina: Situasi Garis Depan Ukraina | Perjanjian Keamanan

Global
Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Secara Ekonomi, Cukup Kuatkah Iran Menghadapi Perang dengan Israel?

Internasional
AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

AS Tak Mau Disebut Terapkan Standar Ganda pada Rusia dan Israel

Global
Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Serangan Israel ke Iran Sengaja Dibatasi Cakupannya

Global
Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Unilever Tarik Kembali Produk Magnum Almond Terkait Kontaminasi Plastik dan Logam di Inggris dan Irlandia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com