Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kirim Pesan Butuh Tabung Oksigen di Twitter, Seorang Pria di India Dituntut Pidana

Kompas.com - 29/04/2021, 12:03 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

NEW DELHI, KOMPAS.com - Polisi di India menuntut seorang pria yang bertanya di Twitter bagaimana cara mendapatkan tabung oksigen untuk kakeknya yang sekarat.

Pejabat di negara bagian Uttar Pradesh menuduh Shashank Yadav telah menyebarkan rumor tentang kekurangan tabung oksigen "dengan maksud untuk menimbulkan...ketakutan atau kekhawatiran".

Yadav, yang tidak menyebutkan kata Covid-19 sedikit pun dalam tweet-nya, terancam hukuman penjara, seperti dilansir BBC pada Rabu (28/4/2021).

Baca juga: Kengerian Covid-19 di India: Jenazah Ibu Dibawa Anaknya Pakai Sepeda Motor

Uttar Pradesh adalah negara bagian di India yang memang mengalami dampak paling parah dari pandemi Covid-19.

Kepala Menteri Negara Bagian Uttar Pradesh, Yogi Adityanath, selama ini dianggap telah meremehkan krisis virus corona di India.

Awal pekan ini, Adityanath, sekutu sayap kanan Perdana Menteri India Narendra Modi, menuntut siapa pun yang menyebarkan rumor dan propaganda propertinya akan disita.

Dia juga mengeklaim bahwa tidak ada rumah sakit negara bagian yang kekurangan tabung oksigen, meski telah terungkap kondisi nyata sistem kesehatan di sana yang kewalahan.

Baca juga: Cara Ekspatriat Kabur dari Tsunami Covid-19 India: Carter Jet Pribadi ke UEA

Informasi sesat

Para pejabat di kota Amethi mengeklaim "tweet yang salah" Yadav mendorong orang lain membuat tuduhan melawan pemerintah, dan mereka mengajukan tuntutan pidana terhadapnya pada Selasa (27/4/2021) malam waktu setempat.

"Shashank Yadav telah menyebarkan informasi menyesatkan," kata Arpit Kapoor, pejabat polisi senior di Amethi, menurut laporan Indian Express.

Para kritikus mengatakan, tindakan itu mencerminkan erosi umum kebebasan sipil dan kebebasan berbicara selama beberapa tahun terakhir.

Pada Senin (26/4/2021, Yadav yang berusia 26 tahun mengunggah pesan singkat di media sosial Twitter tentang dirinya yang membutuhkan segera tabung oksigen dan menyertakan tag ke aktor Sonu Sood.

Baca juga: Seorang Pria di India Jalan Kaki Gendong Mayat Istri Korban Covid-19 Sejauh 3 Km

Dia tidak menyinggung sedikit pun soal Covid-19 di India atau kakeknya yang kritis.

Pesannya kemudian di-retweet oleh seorang teman, yang juga mengontak seorang jurnalis. Dia melakukan seperti yang dilakukan oleh banyak orang terkemuka lainnya di tengah krisis Covid-19 di India.

Menteri Kabinet Smiti Imrani, yang merupakan anggota parlemen untuk Amethi, yang juga di-tag, menanggapi pesan Yadav dan mengatakan telah mencoba menghubunginya pada Senin malam waktu setempat (26/4/2021).

Namun, menurut laporan BBC, Smiti Imrani belum berkomentar lagi sejak Yedev didakwa oleh pejabat setempat.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Penyebab Lonjakan Covid-19 di India | Pemimpin Dunia Berduka atas KRI Nanggala-402

Kakek Yadav meninggal pada Senin (26/4/2021) malam waktu setempat karena serangan jantung.

Pejabat mengatakan, kakek Yadev tidak menderita Covid-19, tetapi lingkungan sekitarnya belum bisa dipastikan.

Di tengah kasus Covid-19 di India, tekanan terhadap Modi semakin meningkat. Ia banyak dikritik soal penanganannya dalam krisis kesehatan global ini.

Awal pekan ini muncul kemarahan publik, setelah pemerintahan Modi meminta Twitter untuk menghapus unggahan netizen yang mengkritik tindakannya dalam penanganan Covid-19 di India.

Baca juga: Jenazah Korban Covid-19 di Ibu Kota India Terus Bertambah, Krematorium Khusus Anjing Dipakai

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com