Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Armenia Panas, Azerbaijan Pamerkan Helm Tentara yang Tewas sebagai "Piala" Perang

Kompas.com - 14/04/2021, 07:10 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

YEREVAN, KOMPAS.com - Armenia pada Selasa (13/4/2021) menuduh lawan bebuyutannya, Azerbaijan mengobarkan kebencian etnis dengan memamerkan helm tentara yang tewas selama perang di "taman piala".

Konflik yang berlangsung selama beberapa dekade atas sengketa wilayah Nagorno-Karabakh melutus menjadi perang habis-habisan pada September lalu, membunuh lebih dari 6.000 orang.

Perang Azerbaijan-Armenia selama 6 pekan berakhir pada November dengan kekalahan Armenia.

Baca juga: Dilanda Krisis Politik, PM Armenia Konfirmasi April Akan Mengundurkan Diri

Yerevan menyerahkan wilayah Baku di bawah gencatan senjata yang didukung Rusia, yang dipandang di Armenia sebagai penghinaan nasional.

Pada Senin (12/4/2021), Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengunjungi "taman piala" yang memamerkan peralatan militer yang disita dari pasukan Armenia selama perang Azerbaijan-Armenia.

"Setiap orang yang mengunjungi taman piala militer akan melihat kekuatan tentara kami, akan melihat kemauan kami, dan betapa sulitnya mencapai kemenangan," kata Aliyev dalam pidato video yang dipublikasikan di situsnya, seperti yang dilansir dari AFP pada Selasa (13/4/2021). 

Baca juga: Krisis Armenia Usai Kalah Perang, Ribuan Massa Demo Tuntut PM Mundur

Ratusan helm tentara Armenia yang tewas dalam perang dipajang di taman di Baku tengah serta boneka lilin pasukan Armenia.

Taman itu, yang akan segera dibuka untuk umum, memicu keributan di Armenia, dengan kementerian luar negeri negara itu menuduh Azerbaijan.

"Secara terbuka merendahkan ingatan para korban perang, orang hilang dan tawanan perang, serta melanggar hak dan martabat keluarga mereka," ungkap Kementerian Luar Negeri Armenia.

Baca juga: Armenia Masih Krisis Pasca-Perang, Presiden Berani Tolak Perintah PM

Kebencian institusional

"Azerbaijan akhirnya mengkonsolidasikan posisinya sebagai pusat intoleransi dan xenofobia global," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Ombudsman Armenia Arman Tatoyan mengatakan taman piala itu "bukti kebijakan genosida" yang "dengan jelas menegaskan kebencian institusional terhadap orang-orang Armenia di Azerbaijan."

Sentimen ini dibagikan oleh kebanyakan orang di ibu kota Armenia, Yerevan, di mana protes massal anti-pemerintah telah diadakan secara teratur terhadap keputusan Perdana Menteri Nikol Pashinyan.

Masyarakat Armenia tidak menyetujui gencatan senjata yang memalukan dalam perang Azerbaijan-Armenia. Protes yang tinggi membuat Pashinyan menetapkan pemungutan suara lebih cepat pada Juni.

Baca juga: PM Armenia Tuding Militer Berusaha Melakukan Kudeta Menggulingkan Dirinya

"Ini adalah fasisme sejati," kata sejarawan berusia 41 tahun, Mher Barsegyan kepada AFP.

Taman piala itu "mengingat bukti kebiadaban Hitler yang dipamerkan di museum-museum di seluruh dunia," katanya.

Separatis etnis Armenia mendeklarasikan kemerdekaan untuk Nagorno-Karabakh dan menguasai wilayah tersebut dalam perang brutal pada 1990-an, yang menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa ratusan ribu mengungsi dari rumah mereka.

Azerbaijan dan Armenia bertukar tuduhan kejahatan perang setelah konflik, yang sebagian besar tidak aktif selama beberapa dekade, kembali berkobar pada September.

Baca juga: Setelah Gencatan Senjata, Azerbaijan-Armenia Bentuk Kelompok Kerja dengan Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Global
Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Demo Protes Perang Gaza Terus Meningkat di Sejumlah Kampus AS

Global
Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Sejarah Panjang Hubungan Korea Utara dan Iran

Internasional
Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Koalisi AS Masih Bertarung Lawan Houthi, Jatuhkan 4 Drone dan 1 Rudal Anti-Kapal

Global
Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com