Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Disebut Chinaman, Lee Wong Juga Dipukuli Pria Kulit Putih karena Dikira Orang Jepang

Kompas.com - 29/03/2021, 10:41 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

CINCINNATI, KOMPAS.com - Lee Wong pejabat Amerika Serikat (AS) yang membuka baju dan memamerkan bekas luka perang saat rapat, menceritakan diskriminasi rasial yang pernah dialaminya.

Pada 2018 ia pernah diwawancarai oleh China Daily, yang mengangkat profilnya karena menjadi pria China pemimpin West Chester, pinggiran kota besar Cincinnati, negara bagian Ohio, AS.

Lee Wong pun bercerita tentang asal mula dia hidup di "Negeri Paman Sam", dan itu tidak dijalaninya dengan mudah.

Baca juga: Viral Video Pejabat AS Buka Baju Pamerkan Luka Perang, Protes Sentimen Anti Asia-Amerika

Berbagai diskriminasi rasial dialaminya, tak hanya verbal tapi juga kekerasan fisik.

Suatu hari saat menjalani tahun kedua di masa studi universitasnya pada 1970-an, Lee Wong tiba-tiba diserang oleh pria kulit putih.

Pria itu memukulinya karena mengira dia orang Jepang, padahal Lee Wong berasal dari "Negeri Panda".

Politisi yang mantan personel militer AS itu tidak menceritakan apa alasan si pria kulit putih memukulinya.

Dia hanya bilang ke China Daily, "Itu serangan yang parah. Dia mendorongku ke tanah dan aku harus ke rumah sakit."

Baca juga: Sosok Lee Wong, Pejabat AS yang Buka Baju Pamerkan Luka Perang untuk Protes Sentimen Anti-Asia

Lee Wong kemudian mengajukan tuntutan pidana dan membawa kasusnya ke pengadilan.

"Tapi dia terus memanggilku 'Jap' di pengadilan dengan nada menghina. Hakim menjatuhkan hukuman satu tahun, hanya masa percobaan non-pelaporan."

"Itu artinya selama dia tidak menyerang orang lain dalam waktu satu tahun dan dilaporkan, dia bebas," kenang Lee Wong.

"Aku bodoh dan baru berusia 20 tahun, aku membiarkannya masuk ke dalam kepalaku. Aku bingung dan marah."

"Selama dua tahun aku marah pada dunia dan aku membenci orang kulit putih, tetapi aku kemudian menikah dengan wanita kulit putih," ungkapnya.

"Aku tidak bisa belajar dan hanya memikirkan balas dendam, betapa bodohnya aku."

"Tak ada bimbingan orangtua, aku tinggal di basement seseorang dengan upah 60 dollar sebulan (kini Rp 886.000), melakukan dua pekerjaan di restoran untuk menghidupi diri sendiri."

Baca juga: Sentimen Anti-Asia Meningkat, Bagaimana Nasib WNI di AS?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com