Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkap, Junta Militer Gunakan Senjata Perang untuk Bubarkan Demo Myanmar

Kompas.com - 11/03/2021, 10:37 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Pasukan kemananan dari junta militer Myanmar menggunakan senjata perang untuk melumpuhkan demonstran.

Pasukan keamanan Myanmar juga melakukan pembunuhan terencana yang diatur oleh komandan mereka.

Hal itu disampaikan oleh organisasi hak asasi manusia (HAM) Amnesty International melalui laporan terbarunya yang dirilis pada Kamis (11/3/2021).

Amnesty International menyusun berbagai video kekerasan terhadap demonstran di Myanmar yang telah tersebar di media sosial sebagaimana dilansir AFP.

Organisasi tersebut menyebutnya dokumentasi pembunuhan besar-besaran yang dilakukan setelah militer melakukan kudeta pada 1 Feburari.

Baca juga: Pejabat Kedua dari Partai Aung San Suu Kyi Tewas dalam Tahanan Militer Myanmar

Direktur Tanggapan Krisisi Amnesty International Joanne Mariner mengatakan, taktik militer Myanmar untuk membubarkan demonstran adalah taktik lawas.

"Tetapi pembunuhan mereka belum pernah disiarkan langsung ke dunia untuk melihatnya," kata Mariner melalui laporan terbaru tersebut.

Dia menambahkan, para komandan yang memerintahkan pasukannya untuk membunuh tidak merasa menyesal karena terlibat dalam kejahatan terhadap kemanusiaan.

“Mengerahkan pasukan dan metode pembunuhan di tempat terbuka,” sambung Mariner.

Amnesty menganasilis 55 video yang direkam sejak 28 Februari hingga 8 Maret di kota-kota di Myanmar termasuk Mandalay dan Yangon.

Baca juga: Cara Perempuan Myanmar Lawan Junta Militer dengan Takhayul Sarung

Dalam salah satu video tertanggal 28 Februari di kota Dawei, seorang tentara terlihat menyerahkan senapannya ke petugas polisi di sebelahnya.

Polisi itu membidik lalu menembak. Setelah itu, personel lain di sekitarnya bersorak gembira.

Rekaman itu direkam dari sebuah properti di atas jalan. Terdengar pula suara tangis wanita dari video tersebut.

"Insiden ini tidak hanya menunjukkan pengabaian yang sembrono terhadap kehidupan manusia, membuat olahraga menembak secara langsung ke arah pengunjuk rasa, tetapi juga mengungkapkan koordinasi yang disengaja di antara pasukan keamanan," ujar Mariner.

Amnesty International mengatakan, beberapa unit militer telah dikerahkan ke daerah minoritas yang bergolak di Myanmar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com