Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berniat Perluas Manipulasi Cuaca, Negara Tetangga Khawatir

Kompas.com - 20/02/2021, 18:42 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Ibu Kota China, Beijing, adalah salah satu kota yang polusinya paling parah di dunia.

Tapi langit bisa tiba-tiba cerah ketika ada pertemuan politik penting atau acara internasional yang berlangsung di ibu kota China itu. Dan ini bukan kebetulan.

Pihak berwenang China telah menggunakan program manipulasi iklim selama bertahun-tahun. Pada Desember 2020 telah mengumumkan langkah lebih jauh yaitu memperluas kapasitas operasional "manipulasi cuaca" di seluruh negeri.

Pihak berwenang mengatakan, program hujan atau salju buatan akan mencakup 5,5 juta kilometer persegi pada 2025, yang merupakan hampir 60 persen dari wilayah China.

Namun inisiatif tersebut telah menimbulkan kekhawatiran para negara-negara tetangga, seperti India, di tengah ketidakpastian tentang dampak teknologi ini dan ketegangan regional yang sudah ada sebelumnya.

Baca juga: China Rilis Video Detik-detik Tentaranya dan Pasukan India Adu Jotos di Perbatasan

Bagaimana China memanipulasi cuaca?

China menggunakan metode yang disebut penyemaian awan atau cloud seeding yang sudah dikenal di seluruh dunia.

Metode ini menggunakan zat pendispersi seperti perak iodida yang disemai ke awan untuk menghasilkan presipitasi (proses pengendapan) sehingga menghasilkan hujan maupun salju.

"Banyak negara menggunakan teknologi ini. China sudah lama menggunakannya, India juga sudah menggunakannya," kata Dhanasree Jayaram, pakar iklim dari Manipal Academy of Higher Education di Karnataka, India, kepada BBC.

"(Metode ini juga digunakan) di sub-Sahara Afrika dan timur laut benua, di mana terjadi kekeringan yang sangat bermasalah, atau juga Australia, misalnya," imbuh Jayaram.

Namun, Jayaram mengatakan bahwa di tempat lain, manipulasi iklim ini memiliki cakupan yang jauh lebih kecil daripada apa yang direncanakan oleh Beijing.

Penyemaian awan memiliki sejarah yang panjang, dimulai pada 1940-an, terutama di Amerika Serikat (AS), tetapi masih ada keraguan besar tentang hasilnya.

Baca juga: AS Peringatkan China agar Tak Pamer Kekuatan di Laut China Selatan

"Hanya ada sedikit artikel ilmiah yang menulis tentang keefektifannya," kata John C Moore, seorang ilmuwan di Universitas Normal Beijing, kepada BBC.

"Cloud seeding dikembangkan tanpa menjalani validasi ilmiah apa pun," imbuh Moore.

Di China, manipulasi cuaca melalui penyemaian awan merupakan "masalah operasional", tambah spesialis tersebut.

"Ini bukanlah upaya penelitian atau apapun yang bersifat ilmiah. Ini pada dasarnya dilakukan di tingkat komunal, di kota besar dan kecil," sambung Moore.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com