Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demonstrasi Myanmar, Demonstran Wanita Kritis Setelah Ditembak di Kepala

Kompas.com - 10/02/2021, 09:44 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Mothership

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Seorang demonstran wanita ditembak di kepala, dalam demonstrasi menentang kudeta militer di Naypyidaw, Myanmar.

Berdasarkan koran lokal The Irrawaddy, polisi disebut menggunakan baik peluru karet maupun tajam melawan pengunjuk rasa yang tak bersenjata.

Karena tindakan itu, enam demonstran dilaporkan mengalami luka, dengan dua di antaranya berada dalam kondisi serius.

Baca juga: Militer Myanmar Lebih Jahat dari Mantanku, Lebih Menyebalkan dari Haid

Relawan medis yang bertugas saat demonstrasi mengungkapkan, selain demonstran wanita ditembak di kepala, ada juga yang tertembak di dada.

Klip video yang viral di netizen Myanmar menunjukkan perempuan itu langsung roboh ke tanah setelah tertembak.

Polisi di ibu kota Naypyidaw menggunakan peluru untuk membubarkan massa, setelah menyemprot mereka menggunakan meriam air.

Dilansir Mothership Selasa (9/2/2021), sejumlah pengunjuk rasa terluka karena terkena hantaman meriam air.

Korban berusia 20 tahun

Demonstran perempuan yang ditembak di kepala dilaporkan berusia 20 tahun, dengan pelakunya adalah polisi, mengutip laporan AFP.

Baca juga: Demo Kudeta Myanmar Memanas, Polisi Tembakkan Peluru Karet, Lukai 3 Orang di Kepala

Warga setempat menceritakan, mereka melihat aparat menembak ke atas sebanyak dua kali sebelum menembaki massa memakai peluru karet.

Jurnalis Reuters Matthew Tostevin yang mengutip dokter melaporkan, wanita yang tak disebutkan identitasnya itu di ruang gawat darurat.

Dokter mengonfirmasi bahwa tembakan itu menggunakan peluru tajam, dan luka yang dihasilkan sangatlah fatal.

Tostevin mengatakan, kecil kemungkinan wanita itu bisa selamat setelah menerima tembakan di bagian kepala.

Baca juga: Kudeta Myanmar, Selandia Baru Hentikan Hubungan Level Tinggi

Sebelumnya pada 1 Februari, militer Myanmar melakukan kudeta dengan menangkap sejumlah pemimpin sipil seperti Aung San Suu Kyi.

Jenderal Senior Min Aung Hlaing selaku pemimpin junta mengeklaim, tindakan mereka dibenarkan buntut pemilu November 2020.

Saat itu, partai yang dipimpin Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), menang telak dengan meraih 83 persen suara.

Pihak oposisi yang disokong Tatmadaw menuding NLD melakukan kecurangan, dan menjadi alasan militer melakukan intervensi.

Baca juga: Meski Dapat Peringatan, Demo Menentang Kudeta Militer Myanmar Tetap Jalan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Mothership
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com