Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Myanmar Dihantam Kudeta Militer, Ada yang Marah, Ada yang Bergembira

Kompas.com - 01/02/2021, 20:29 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Kudeta yang dilakukan militer terhadap pemerintah sipil Myanmar menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat.

Bagi para pendukung militer, mereka meluapkan kegembiraan dengan membentangkan bendera nasional di truk pikap.

Dalam gambar yang beredar di media sosial, nampak sejumlah orang merayakan Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengambil alih kekuasaan.

Baca juga: Deretan Kontroversi Min Aung Hlaing, Jenderal di Balik Kudeta Myanmar

Namun di bagian kota yang lain, para penduduk ada yang mengungkapkan ketakutan, rasa frustrasi, dan kemarahan.

"Saya merasa marah. Saya tidak ingin militer kembali berkuasa," kata Zizawah, direktur komersial berusia 32 tahun.

Dia tidak bersedia memberikan nama marga maupun identitas lainnya karena takut pendukung kudeta militer melakukan balasan.

Zizawah mengatakan, cara Tatmadaw, angkatan bersenjata Myanmar, untuk mendapatkan kekuasaan begitu diktator.

"Semua orang tahu kami di sini memberikan suaranya untuk siapa," jelas dia seperti diberitakan Reuters Senin (1/2/2021).

Krisis politik ini terjadi buntut kemenangan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

Baca juga: MIliter Lakukan Kudeta di Myanmar Dinggap Tak Masuk Akal, Kenapa?

Partai pimpinannya memperoleh kemenangan telak dalam pemilu 8 November 2020. Membuat kubu militer meradang dan menuding ada kecurangan.

Puncaknya pada 1 Februari dini hari, Aung San Suu Kyi dan sejumlah pemimpin sipil lainnya ditangkap di kediaman masing-masing.

Kemudian angkatan bersedia mengumumkan keadaan darurat selama setahun, dan berjanji bakal mengembalikan kekuasaan jika menggelar pemilu ulang.

Suu Kyi merupakan sosok populer di Myanmar, sebagai figur yang berjuang membebaskan negara itu dari cengkeraman junta militer.

Meski begitu, dia menuai kemarahan karena tidak memberikan respons saat ratusan ribu etnis Rohingya mengungsi pada 2017.

Theinny Oo, seorang konsultan pembangunan, menyatakan pemilu sudah digelar secara adil di mana warga memilih sesuai nurani mereka.

Baca juga: Setelah Ambil Alih Myanmar, Ini Janji Pihak Militer

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com