Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Kini Hadapi Peningkatan Ancaman Ekstremis Domestik Pasca Insiden Gedung Capitol

Kompas.com - 28/01/2021, 15:45 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (DHS AS) memperingatkan ancaman kekerasan ekstremis domestik masih meningkat selama berminggu-minggu ke depan.

Melansir Reuters pada Kamis (28/1/2021), ancaman itu datang dari orang-orang yang marah atas kekalahan Donald Trump dalam pemilihan umum 2020. Beberapa ancaman juga muncul karena terinspirasi penyerbuan mematikan di Gedung Capitol AS.

Peringatan tersebut disampaikan ketika ibu kota AS tetap waspada setelah ratusan pendukung Trump didakwa ke Capitol pada 6 Januari. Kongres ketika itu secara resmi mengesahkan kemenangan pemilihan Presiden Joe Biden. Lima orang tewas dalam aksi kekerasan itu.

Meski demikian sampai Rabu (27/1/2021), DHS AS mengatakan belum ada ancaman spesifik dan kredibel sejauh ini.

Informasi menunjukkan beberapa ekstremis kekerasan bermotivasi ideologis. Mereka keberatan terhadap pelaksanaan otoritas pemerintah dan transisi presiden.

“Ada juga keluhan yang dipicu oleh narasi palsu, yang dapat terus memobilisasi untuk menghasut atau melakukan kekerasan,” menurut DHS dalam laporan terkait tindak terorisme nasional.

Baca juga: Potensi Ekstremis, 12 Anggota Garda Nasional Dicopot dari Tim Keamanan Biden

Pelantikan Biden pekan lalu dilakukan dalam pengamanan ketat. Lebih dari 20.000 tentara Garda Nasional siaga.

Para pejabat mengatakan sekitar 5.000 tentara akan tetap di Washington DC selama beberapa minggu ke depan, ketika Trump akan menghadapi persidangan pemakzulan keduanya di Senat atas tuduhan menghasut pemberontakan.

Trump menghabiskan dua bulan menjajakan narasi palsu, dengan menyatakan kekalahannya dalam pemilihan presiden November adalah hasil dari penipuan pemilih yang meluas. Dia mendorong ribuan pengikutnya untuk "berperang" dalam pidato berapi-api sebelum kekerasan 6 Januari.

Peringatan dari DHS menyatakan ekstremis kekerasan domestik dimotivasi oleh masalah-masalah termasuk kemarahan atas pembatasan Covid-19, hasil pemilu 2020, dan penggunaan kekerasan oleh polisi.

Laporan itu juga menyebut ketegangan ras dan etnis yang berkepanjangan, termasuk penentangan terhadap imigrasi, juga menjadi pendorong meningkatnya gerakan kekerasan domestik di AS.

Peringatan sebelumnya juga sudah disampaikan PLT Menteri Keamanan Dalam Negeri era Trump Chad Wolf dalam sidang kongres pada September lalu.

Menurutnya, kelompok supremasi kulit putih telah menjadi "ancaman yang paling gigih dan mematikan" dari ekstremisme kekerasan di AS dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Ayah Terlibat Kerusuhan Gedung Capitol, Anak Sendiri Ketakutan Lapor ke FBI

DHS memperingatkan serangan di Gedung Capitol dapat menginspirasi ekstremis domestik untuk menyerang pejabat terpilih atau gedung pemerintah lainnya.

"Langkah ini (laporan peringatan) sangat terlambat, tapi saya tetap memuji pemerintahan Biden karena telah mempublikasikannya," kata Senator Mark Warner, pejabat tinggi Demokrat di Komite Intelijen Senat, kepada Reuters.

DHS biasanya menerbitkan hanya satu atau dua buletin rekomendasi dalam satu tahun. Buletin tersebut sebagian besar memperingatkan ancaman dari kelompok teroris asing.

Yang terakhir, dikeluarkan oleh pemerintahan Trump pada Januari 2020. Isinya menyatakan Iran sebagai negara sponsor terorisme dan menyatakan Korps Pengawal Revolusi Iran sebagai organisasi teroris asing.

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Biden pekan lalu mengarahkan pemerintahannya untuk melakukan penilaian penuh terhadap risiko terorisme domestik. Penilaian akan dilakukan oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional berkoordinasi dengan FBI dan DHS.

“Serangan 6 Januari di Gedung Capitol dan kematian serta kehancuran tragis yang terjadi memperjelas apa yang telah lama kita ketahui. Kebangkitan ekstremisme kekerasan domestik adalah ancaman keamanan nasional yang serius dan terus berkembang. Pemerintahan Biden akan menghadapi ancaman ini dengan sumber daya yang diperlukan dan menyelesaikannya,” kata Psaki.

Baca juga: 3 Pekan Pasca-Kerusuhan Kepala Kepolisian Gedung Capitol Minta Maaf dan Ungkap Kegagalan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com