Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tangkap Pesan Ancaman Serangan Iran di Gedung Capitol sebagai Balasan Kematian Qasem Soleimani

Kompas.com - 06/01/2021, 15:40 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Sebuah pesan ancaman tertangkap dalam frekuensi kontrol lalu lintas udara AS pada Senin (4/1/2021), yang berisi rencana serangan gedung Capitol, sebagai balasan kematian jenderal Qassem Soleimani setahun lalu.

FBI dan FAA sedang menyelidiki pesan Iran yang didengar oleh beberapa pengendali lalu lintas udara di New York pada Senin (4/1/2021), seperti yang dilansir dari Daily Mail pada Rabu (6/1/2021).

Ancaman yang disampaikan melalui suara digital, mengatakan, "Kami terbang ke Capitol (kantor Kongres) pada Rabu. (Kematian) Soleimani akan dibalas."

Baca juga: Momen-momen Eskalasi Konflik AS-Iran Sejak Tewasnya Qasem Soleimani

Sementara, pada Rabu (6/1/2021), Kongres berencana untuk mensertifikasi kemenangan Joe Biden di Capitol.

Ancaman suara itu dilakukan hampir satu tahun setelah kematian Soleimani pada 3 Januari 2020, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS yang diperintahkan oleh Presiden Donald Trump.

Belum jelas siapa yang mengirim pesan suara dan ancaman itu yang diyakini tidak dapat dipercaya, menurut laporan CBS, tetapi Pentagon dan lembaga lainnya diberi pengarahan pada Selasa (5/1/2021).

Baca juga: Setahun Kematian Soleimani, Iran Salahkan Jerman dan Negara-negara Lain

Ancaman itu sedang diselidiki sebagai pelanggaran frekuensi penerbangan, yang merupakan tindak kejahatan.

Setiap pelanggaran mengkhawatirkan karena dapat digunakan untuk mengganggu pesan yang diterima pilot terkait bagaimana dan di mana harus menerbangkan pesawat mereka.

CBS menyatakan bahwa pengawas lalu lintas udara diberitahu Rabu (6/1/2021) untuk melaporkan setiap aktivitas tidak biasa, yang mungkin menunjukkan bahwa ada pesawat menyimpang dari jalur penerbangan yang diberikan kepada mereka.

Baca juga: Setahun Kematian Soleimani, Iran Salahkan Jerman dan Negara-negara Lain

FBI mengatakan kepada Daily Mail bahwa mereka tidak mengomentari penyelidikan itu, tetapi menganggap "semua ancaman kekerasan terhadap keselamatan publik dengan serius".

FAA menambahkan bahwa pihaknya "bekerjasama erat dengan penegak hukum federal dan mitra keamanan nasional pada setiap ancaman keamanan yang dilaporkan, yang dapat berdampak pada keselamatan penerbangan".

Soleimani dianggap sebagai perancang kebijakan luar negeri Iran di Timur Tengah yang mengisi medan perang Irak dengan peledak IED berteknologi tinggi untuk memutilasi tentara AS.

Namun, dia dihormati di Iran dan para pejabat sebelumnya berjanji akan membalas dendam atas kematiannya.

Baca juga: [CERITA DUNIA] Dari Foto sampai Game, Sosok Jenderal Qasem Soleimani Kian Bersinar Usai Kematiannya

Jenderal tinggi Iran itu tewas dalam sebuah rudal yang ditembakkan dari pesawat USAF MQ-9 Reaper bersama dengan komandan Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, ketika iring-iringan mobil mereka keluar dari bandara Baghdad pada 3 Januari 2020.

Pembunuhan orang terkuat kedua di Iran terjadi pada puncak ketegangan di kawasan itu, dengan banyak serangan terhadap personel AS dan kedutaan besar di ibu kota Irak, serta penembakan pesawat tak berawak AS di atas Teluk Persia dan penyitaan kapal tanker minyak.

Pada Juni 2020, seorang jaksa penuntut di Teheran mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Trump dan puluhan pejabat Washington lainnya, mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas "pembunuhan dan terorisme".

Baca juga: Iran Incar Trump dan 47 Pejabat AS yang Berperan Bunuh Qassem Soleimani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com