Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Biografi Tokoh Dunia] Mario Molina, Penyelamat Atmosfer dan Peraih Hadia Nobel

Kompas.com - 01/01/2021, 23:56 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Sepanjang tahun 2020 lalu, sebagian besar orang diminta menghabiskan waktu untuk tetap di rumah karena bahaya virus Covid-19 yang mewabah di seluruh dunia.

Tapi kondisi berbeda dirasakan oleh mereka yang berjuang di garis terdepan. Mereka harus bekerja ekstra untuk mengendalikan virus corona yang bisa mengancam nyawa.

Jika tenaga kesehatan yang berjuang langsung dilapangan. Sejak awal virus corona merebak, para ilmuwan dunia bahu membahu bekerja di belakang layar. Mereka mempelajari sifat virus baru ini, hingga berupaya mencari penawarnya.

Ironisnya, tidak sedikit orang yang meremehkan pengetahuan mereka, dan mengacuhkan anjuran kesehatan yang disarankan untuk bisa mengendalikan pandemi.

Dr Mario Molina adalah salah satu ilmuwan yang dengan gigih menyerukan penggunaan masker wajah ketika pandemi Covid-19 mulai menyebar luas.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Jalur Lain yang Digunakan Virus Covid-19 untuk Masuki Sel Manusia

Dia terkejut saat mengetahui Presiden Meksiko Lopez Obrador dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menolak untuk memakai masker.

Dengan keras dia mengatakan bahwa pemerintah harus “memaksa penggunaan masker wajah, karena hanya dengan cara ini kita tahu bahwa penyebaran virus bisa dikendalikan.”

Molina mempertahankan pentingnya sains dalam pembuatan kebijakan hingga akhir.

Belum habis perjuangan melawan wabah pandemi, pemenang Hadiah Nobel itu tutup usia pada 7 Oktober 2020. Pria kelahiran Meksiko itu wafat di usia 77 tahun akibat serangan jantung.

Meski demikian, sumbangsihnya sebagai ilmuwan patut terus diapresiasi dari generasi ke generasi. Udara bersih yang setidaknya masih bisa dihirup saat ini, merupakan salah satu keberhasilan dari penelitiannya.

Baca juga: Studi Ilmuwan AS: Obat Covid-19 Remdesivir Sukses Diuji Coba ke Monyet

Pionir gerakan perubahan iklim

Ahli kimia itu adalah salah satu pelopor gerakan untuk mengendalikan perubahan iklim dunia.

Bersama rekannya F. Sherwood Rowland dari Universitas California, Molina awalnya menemukan bahwa bahan kimia yang dikenal sebagai klorofluorokarbon (CFC), dapat mengikis lapisan ozon di atmosfer.

Implikasi dari temuan itu bisa mengerikan. Tanpa ozon pelindung, peningkatan radiasi ultraviolet akan membahayakan kesehatan banyak spesies, termasuk manusia.

Kedua ilmuwan tersebut kemudian mendorong pelarangan CFC. Senyawa kimia ini banyak ditemukan di zat pendingin lemari es, campuran obat, hingga semprotan rambut.

Awalnya pekerjaan mereka mendapat serangan dari sektor industri, yang mendapat kritik atas penggunaan bahan berbahaya itu dalam produknya.

Baca juga: Ilmuwan Eksplor Efektivitas Obat Anti-Malaria untuk Tangkal Virus Corona

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com