MEXICO CITY, KOMPAS.com - Di era kekaisaran Aztec yang berkembang pesat pada abad ke-14 dan runtuh pada 1519, kerap diadakan ritual pengorbanan manusia atau tumbal yang sudah menjadi budaya mereka.
Bahkan saking banyaknya nyawa-nyawa yang dikorbankan di upacara ini, suku Aztec menyusun tulang belulang para tumbal menjadi menara tengkorak.
Dilansir dari History Hit, berikut adalah 10 fakta tentang ritual tumbal suku Aztec.
Baca juga: Misteri Menara Tengkorak Suku Aztec, Konon Bekas Tumbal dan Seluas Lapangan Basket
Ketika Spanyol menjajah wilayah suku Aztec, mereka juga mendokumentasikan ritual tumbal dan kanibalisme yang terjadi di sana.
Pencatatan dimulai saat Hernan Cortes tiba di ibu kota Aztec, Tenochtitlan, pada 1521. Dia menggambarkan ada sebuah upacara tumbal di mana para pendeta mengiris-iris dada korban.
Pakar etnografi Mesoamerika, Bernardino de Sahagun, kemudian memasukkan ilustrasi tumbal Aztec yang sedang dimasak dalam studinya tentang abad ke-16.
Namun sejumlah pakar lainnya memperingatkan, agar berhati-hati dalam memahami studi tersebut lantaran bisa digunakan sebagai propaganda untuk membenarkan penghancuran Tenochtitlan dan perbudakan orang Aztec.
Pada 2015 dan 2018, para arkeolog di situs penggalian Templo Mayor di Mexico City, menemukan bukti tumbal manusia suku Aztec.
Para peneliti mempelajari tulang manusia yang ditemukan di Tenochtitlan, dan mendapati bahwa tulang-tulang itu hasil pemenggalan serta mutilasi.
Analisis tersebut menunjukkan para korban dipenggal dan dimakan dagingnya setelah dibakar. Ilustrasi di mural kuil dan pahatan batu juga menggambarkan adegan ritual pengorbanan manusia.
Baca juga: Sejarah Peradaban Aztec
Menurut mitologi Aztec, dewa matahari Huitzilopochtli harus selalu disuguhi makanan dalam bentuk darah manusia, agar tidak terjadi kegelapan dan akhir dunia.
Dewa kesuburan yang berbentuk ular, Quetzalcoatl, dan dewa jaguar Tezcatlipoca juga mereka percaya butuh makanan darah manusia.
Dalam ideologi Aztec, orang yang mati sebagai persembahan untuk para dewa atau gugur di medan tempur kedudukannya lebih mulia di akhirat dibandingkan orang yang meninggal karena sakit.
Sejarawan Ortiz de Montellano berpendapat, karena daging manusia itu dipercaya suci maka orang-orang Aztec memakannya sebagai tanda terima kasih kepada para dewa.
Usut punya usut, ternyata para korban tidak dipaksa jadi tumbal tapi dengan sukarela. Mereka percaya itu adalah puncak kemuliaan dan kehormatan.