STOCKHOLM, KOMPAS.com - Raja Swedia mengatakan negaranya gagal dalam menangani Covid-19, dan salah tidak menerapkan lockdown.
Melansir Guardian pada Kamis (17/12/2020), rumah sakit di wilayah Stockholm kini sudah memperingatkan bahwa mereka kewalahan mengatasi lonjakan kasus virus corona.
Jajak pendapat menunjukkan kepercayaan publik pada pihak berwenang anjlok karena ini.
“Orang-orang Swedia sangat menderita dalam kondisi yang sulit,” kata Raja Carl XVI Gustaf kepada tv negara SVT dalam wawancara akhir tahun.
“Saya pikir kami gagal. Ada banyak orang yang meninggal, dan itu mengerikan."
Komentar tersebut awalnya dianggap sebagai kritik terhadap strategi anti-penguncian wilayah (lockdown) Swedia yang kontroversial.
Namun, pengadilan kerajaan kemudian meluruskan bahwa raja merujuk kepada Swedia secara keseluruhan dan semua warganya. Dia berempati untuk semua yang terpengaruh.
Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Swedia Tidak Terapkan Lockdown
Intervensi kerajaan yang langka ini terjadi setelah dua wilayah utama Swedia, Stockholm dan Skåne, terpaksa menunda operasi non-darurat. Sektor kesehatan negara itu kini tengah berusaha keras menangani gelombang kedua infeksi virus corona.
“Kami akan mengelola perawatan darurat, kami akan mengelola perawatan Covid-19,” direktur kesehatan regional Skane, Alf Jonsson, mengatakan pada Rabu (16/12/2020).
“Tapi ini akan terjadi dengan mengorbankan perawatan kesehatan lainnya. Lebih dari 25 persen tes Covid-19 menunjukan hasil positif,” katanya.
Direktur perawatan kesehatan regional Stockholm mengatakan, semua perawatan tidak mendesak akan ditunda hingga setidaknya 31 Januari.
“Tugas saya sekarang adalah melakukan semua yang saya bisa untuk meringankan dan membantu staf perawatan,” kata Bjorn Eriksson.
Baca juga: Covid-19 di Swedia, Angka Kematian April Tertinggi dalam Sebulan Sejak 1993
"Mereka harus terus bekerja selama berminggu-minggu, berbulan-bulan."
Ipsos mengumumkan jajak pendapat untuk harian Dagens Nyheter pada Kamis (17/12/2020). Hasilnya menunjukkan dukungan publik untuk Anders Tegnell, kepala ahli epidemiologi negara itu, turun 13 poin menjadi 59 persen.
Kepercayaan pada badan kesehatan masyarakat turun dari 68 persen menjadi 52 persen. Keyakinan pada pihak berwenang secara umum merosot ke rekor terendah 34 persen.