Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Berencana Komersilkan "Matahari Buatan" pada 2050

Kompas.com - 07/12/2020, 20:57 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

BEIJING, KOMPAS.com - China membuat langkah maju dalam pencarian energi bersih setelah berhasil mengoperasikan fasilitas penelitian reaktor fusi nuklir generasi baru miliknya HL-2M Tokamak, pada Jumat (07/12/20).

Melansir South China Morning Post, China National Nuclear Corporation (CNNC) mengatakan perangkat HL-2M Tokamak mampu beroperasi pada suhu 150 juta derajat Celcius, atau setara 10 kali lebih panas dari matahari.

Energi yang dihasilkan hampir tiga kali lebih panas dari versi sebelumnya yang disebut HL-2A. Sementara Matahari hanya beroperasi pada suhu 15 juta derajat Celcius.

Baca juga: China Berhasil Nyalakan Matahari Buatan untuk Pertama Kalinya, Ini Bentuknya

Kemampuannya mereplikasi cara matahari menghasilkan energi dengan menggunakan gas hidrogen dan deuterium sebagai bahan bakar tersebut, membuat reaktor fusi itu dijuluki ‘matahari buatan’.

“HL-2M adalah matahari buatan terbesar di China dengan parameter terbaik,” ujar Xu Min, Direktur Institute of Fusion Science CNNC di The Southwest Institute of Physics CNNC seperti dikutip oleh Xinhua pada Jumat (04/12/20).

Kepala insinyur Institut tersebut, Yang Qingwei juga mengatakan bahwa HL-2M dapat mencapai waktu pengurungan plasma magnetik hingga 10 detik.

Fasilitas baru ini juga memiliki volume plasma tiga kali lipat dan intensitas arus plasma enam kali lipat dibandingkan dengan HL-2A.

Reaktor fusi nuklir buatan China yag disebut Matahari Buatan Reaktor fusi nuklir buatan China yag disebut Matahari Buatan

CNNC sebagai pengawas proyek tersebut menilai kemampuan tersebut secara substansial akan meningkatkan penelitian dan pengembangan teknologi generator fusi di China.

Yang Qingwei mengatakan proyek itu akan menjadi "pilar penting" bagi Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER), di mana China menjadi anggotanya bersama Amerika Serikat, India, Jepang, Rusia, dan Korea Selatan.

ITER sebagaimana dijelaskan dalam website resminya adalah salah satu proyek energi paling ambisius di dunia saat ini.

Proyek ini dilakukan 35 negara yang berkolaborasi untuk membangun tokamak terbesar di dunia. Sebuah perangkat fusi magnetik yang telah dirancang untuk membuktikan kelayakan fusi sebagai sumber energi berskala besar dan bebas karbon berdasarkan prinsip yang sama yang menggerakkan Matahari dan bintang.

Mega Proyek ITER juga tengah dibangun di Prancis selatan yang dirancang untuk beroperasi pada suhu hingga 150 juta derajat Celcius.

Sementara minggu lalu, Institut Energi Korea Fusion mengumumkan bahwa reaktornya telah berhasil beroperasi pada suhu 100 juta derajat Celcius setidaknya selama 20 detik.

Baca juga: Bertenaga Nuklir, seperti Ini Matahari Buatan China

China berambisi pembangunan reaktor eksperimental paling cepat tahun depan dengan pengembangan teknologi fusi ini.

China juga berencana membangun prototipe industri ini pada 2035 dan mulai menggunakannya dalam skala besar secara komersial pada 2050.

November lalu, Beijing merilis cetak biru pengembangan teknologi nasional yang berkomitmen untuk mencapai terobosan dalam teknologi utama dan inti termasuk kecerdasan buatan, ilmu kedirgantaraan, dan eksplorasi bumi dan laut dalam.

Terbaru, pesawat luar angkasa Chang'e 5 miliknya telah mengangkat 2 kg debu dan batu bulan dari Bulan untuk dibawa kembali ke Bumi, pada Kamis (03/12/20). Sementara pesawat ruang angkasa Tianwen-1 Mars diharapkan tiba di Planet Merah. dalam tiga bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com