Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Anak yang Dipaksa Ancam Trump dalam Video ISIS: Lega Bisa Pulang

Kompas.com - 23/11/2020, 20:51 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang anak laki-laki mengaku merasakan "kelegaan yang memuaskan" dapat kembali ke Amerika Serikat setelah ia dipaksa mengancam Presiden Donald Trump dalam sebuah video yang dibuat oleh kelompok ISIS.

Matthew, nama anak itu, dibawa oleh ibu dan ayah tirinya ke Suriah. Ia berusia 10 tahun ketika ia direkam dalam sebuah video yang ditujukan kepada Trump dan mengatakan kepada presiden untuk bersiap-siap menghadapi pertempuran di AS.

Sekarang Matthew sudah berusia 13 tahun dan tinggal bersama ayahnya setelah ia dibawa pulang oleh militer AS pada tahun 2018.

Baca juga: Shamima Begum Gadis Eks ISIS Susah Pulang ke Inggris, Suami: Tetaplah Kuat

"Semuanya sudah terjadi dan sudah selesai. Semuanya sudah berlalu sekarang," kata Matthew kepada BBC.

"Saya masih sangat muda saat itu sehingga saya tidak benar-benar mengerti semua yang terjadi."

Matthew menjalani konseling untuk membantunya beradaptasi dan proses itu berjalan lancar.

Ayah tirinya, Moussa Elhassani, meninggal dalam kejadian yang diduga merupakan serangan pesawat tak berawak pada musim panas 2017.

Sementara ibunya, Samantha Sally, divonis pada awal bulan ini atas pendanaan terorisme dan dijatuhi hukuman penjara selama enam setengah tahun.

Pada April 2015, keluarga yang tampak seperti keluarga Amerika pada umumnya itu, menyebrang ke wilayah ISIS dari provinsi perbatasan Turki, Sanliurfa.

Baca juga: ISIS Klaim Serangan Bom Jeddah, Mengaku untuk Protes ke Perancis

"Kami berlari melintasi wilayah yang sangat gelap. Saat itu malam hari, ada banyak titik-titik dengan kawat berduri... Tidak banyak yang terpikirkan saat itu kecuali, 'Aku harus lari'," kata Matthew saat menceritakan cobaan yang dihadapinya itu untuk pertama kalinya kepada acara Panorama di BBC dan Frontline, sebuah acara yang ditayangkan PBS-lembaga penyiaran publik AS.

Di kota yang diklaim ISIS sebagai ibukotanya, Raqqa, ayah tiri Matthew, Elhassani, dikirim untuk pelatihan militer dan menjadi penembak jitu ISIS.

Matthew yang saat itu baru berusia 8 tahun berusaha sebisanya untuk beradaptasi dengan rumah barunya.

"Saat kami pertama kali di Raqqa, kami berada di bagian perkotaan. Cukup berisik, biasanya dari suara tembakan," katanya. "Kadang-kadang ada ledakan tidak beraturan, terdengar seperti jauh sekali. Jadi kita tidak perlu terlalu khawatir."

Namun pada awal 2017, ibunda Matthew mengirim email kepada saudara perempuannya di AS dan meminta uang untuk membantu keluarganya melarikan diri, sambil melampirkan video Matthew yang sangat mengganggu.

Baca juga: ISIS Penggal dan Mutilasi 50 Orang di Lapangan Sepak Bola Mozambik

Di dalam satu video, Elhassani memaksa Matthew untuk memasang sabuk bom bunuh diri. Atas perintah ayah tirinya itu, Matthew memainkan peran bagaimana ia akan menyambut otoritas Amerika yang akan menyelematkannya, tetapi kemudian membunuh mereka dengan meledakkan bom.

Matthew kecil bersama ibunya, Samantah Sally dan ayah tirinya Moussa Elhassani. Matthew, seorang bocah yang pernah menjadi sorotan setelah dalam video ISIS dia mengancam Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.BBC Panorama via BBC Indonesia Matthew kecil bersama ibunya, Samantah Sally dan ayah tirinya Moussa Elhassani. Matthew, seorang bocah yang pernah menjadi sorotan setelah dalam video ISIS dia mengancam Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Atas Usul Indonesia, UNESCO Akui Idul Fitri dan Idul Adha Jadi Hari Besar Keagamaan

Global
Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com