Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilihan Umum AS Habiskan Biaya Sampai Lebih dari Rp 200 Triliun

Kompas.com - 01/11/2020, 17:55 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemilihan umum Amerika Serikat (AS) 2020 yang terdiri dari pemilihan presiden (pilpres) dan anggota kongres, tercatat menghabiskan biaya total mencapai 14 miliar dollar AS (Rp 205,4 triliun).

Sebuah studi seperti yang dilansir dari Xinhua Indonesia pada Minggu (1/11/2020), menyebutkan bahwa pengeluaran biaya pemilihan umum pada tahun ini lebih besar dari gabungan pengeluaran selama dua siklus pemilu sebelumnya.

Menurut perkiraan dari Center for Responsive Politics (CRP), pilpres 2020 yang dijadwalkan akan digelar 3 November nanti, menelan biaya lebih dari 6,6 miliar dollar AS (Rp 96,8 triliun), sedangkan donasi yang digalang untuk bursa kursi kongres akan melampaui 7,2 miliar dollar AS (Rp 105,6 triliun).

Baca juga: Pilpres AS 2020: Beberapa Negara Asia Dambakan Trump Kembali jadi Presiden

Sejauh ini, Partai Demokrat membelanjakan bagian terbesar dari angka tersebut, yang mencapai 6,9 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 3,8 miliar dolar AS yang dikeluarkan para kandidat dan kelompok dari Partai Republik, tunjuk data itu.

"Para donor menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk pemilu midterm 2018, dan pada 2020 ini, tren tersebut tampak berlanjut, tetapi dengan angka lebih besar," tutur Sheila Krumholz, Direktur Eksekutif CRP.

Baca juga: Warga Iran Menanti Hasil Pilpres AS dengan Cemas

Kandidat Partai Demokrat Joe Biden akan menjadi capres pertama dalam sejarah yang mengumpulkan dana hingga 1 miliar dollar AS (Rp 14,7 triliun) dari para donor, setelah kampanyenya mencatatkan rekor 938 juta dollar AS (Rp 13,7 triliun) hingga 14 Oktober lalu.

Sementara itu, Presiden petahana Donald Trump mengumpulkan 596 juta dollar AS (Rp 8,7 triliun), ungkap perkiraan tersebut.

"Sepuluh tahun lalu, sulit untuk dibayangkan ada capres yang dapat mengumpulkan donasi hingga 1 miliar dollar AS. Pada pemilu kali ini, kemungkinan kita akan melihat 2 capres seperti itu," lanjut Krumholz.

Baca juga: Janji Biden jika Menang Pilpres AS: Sahkan UU Kesetaraan untuk LGBTQ dalam 100 Hari Pertama

OpenSecrets, yang merupakan bagian dari CRP, mengatakan dalam sebuah rilis pers bahwa arus masuk donasi politik selama beberapa pekan terakhir menjelang hari pemilu 3 November dipicu oleh pertarungan partisan tentang pengangkatan Hakim Amy Coney Barrett untuk memimpin Mahkamah Agung.

Kemudian, mantan Presiden AS Barack Obama, ketika melakukan phone banking untuk mendukung Biden, mengimbau seorang ibu dari anak berusia 8 bulan untuk hadir dan memberikan suara dalam pemilu yang akan "sangat ketat".

Baca juga: Serba-Serbi Menarik Jelang Pilpres AS 2020

Trump dilaporkan memberi tahu para donor GOP bahwa akan "sulit" bagi Partai Republik untuk terus memegang suara mayoritas di Senat pascapemilihan kongres.

Dengan Trump dan Biden berlomba-lomba menuju Gedung Putih, seluruh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS, yang berjumlah 435 kursi, serta 35 kursi dari 100 kursi di Senat masuk ke dalam bursa pemilu tahun ini.

Baca juga: Seminggu Jelang Pilpres AS, Joe Biden Favorit Kuat Kalahkan Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com