Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media China Sebut Jet Tempur Beijing Wajib Terbang di Atas Taiwan

Kompas.com - 28/10/2020, 06:29 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Newsweek

BEIJING, KOMPAS.com – Media Partai Komunis China, Global Times, menyebut pesawat tempur China “harus terbang di atas pulau Taiwan”.

Jika Taiwan berani menembakkan senjata kepada pesawat tempur yang terbang di atas Taiwan, itu artinya perang dimulai.

Sebuah artikel yang ditulis Hu Xijin, Pemimpin Redaksi Global Times, tersebut terbit setelah adanya potensi penjualan senjata dari Amerika Serikat (AS).

Penjualan senjata tersebut diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri AS sebagaimana dilansir dari Newsweek, Selasa (27/10/2020).

Baca juga: AS Jual Paket Rudal ke Taiwan Seharga Rp 35 Triliun, Begini Kecanggihannya

Hu menuduh partai berkuasa di Taiwan, Partai Progresif Demokratik (DPP), mempromosikan sentimen anti-China.

Dia juga menuduh bahwa Taiwan bekerja dengan AS untuk "membahayakan kebangkitan China daratan".

Hu mengutip sanksi Kementerian Luar Negeri China kepada tiga perusahaan asal AS sebagai bukti “tindakan balasan” dari China.

Beberapa waktu lalu, Kementerian Luar Negeri China menjatuhkan sanksi kepada Lockheed Martin, Boeing Defense, dan Raytheon namun tidak merinci sanksi seperti apa yang dijatuhkan tersebut.

Baca juga: Jual Senjata ke Taiwan, 3 Perusahaan Ini Disanksi China

Di bawah ketentuan Undang-undang Hubungan Taiwan, pemerintah AS akan menyediakan senjata yang bersifat pertahanan ke pulau itu, yang dianggap Beijing sebagai provinsi yang memisahkan diri.

Kesepakatan terbaru, yang bernilai sekitar 2,37 miliar dollar AS (Rp 35 triliun), menandakan bahwa pemerintahan Trump telah menyetujui sembilan penjualan senjata ke Taiwan secara total, termasuk empat pada 2020.

Global Times mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sekarang harus menanggapi dengan "mengirimkan sinyal yang jelas kepada otoritas DPP”.

"Jet tempur PLA harus terbang di atas pulau Taiwan untuk mendeklarasikan kedaulatan nasional dan menunjukkan tekad untuk melaksanakan Undang-undang Anti-Pemisahan," tulis Hu.

Baca juga: Taiwan: Impor Senjata Rp 26,4 Triliun dari AS, Bukan untuk Berlomba dengan China

Dia menambahkan langkah tegas tersebut perlu dilakukan oleh China daratan dalam upaya untuk mencegah kecenderungan “kemerdekaan Taiwan”.

“China harus dengan jelas memperingatkan otoritas DPP bahwa jika militer Taiwan berani melepaskan tembakan ke pesawat tempur daratan (China) yang terbang di atas Taiwan, itu berarti perang. Dan PLA akan memberikan pukulan telak bagi militer Taiwan,” sambung Hu.

Pihaknya mengklaim bahwa pengiriman jet tempur ke Taiwan adalah keinginan 1,4 miliar rakyat China.

“Kita tidak boleh memanjakan AS dalam menjual senjata ke Taiwan. Mereka harus membayar harga untuk membeli senjata AS, terutama senjata ofensif,” lanjut Hu.

Baca juga: Gara-gara Kue, Diplomat China dan Taiwan Berkelahi di Hotel

Dia menambahkan upaya mencari bantuan dari AS untuk “pemisahan diri Taiwan” merupakan “jalan buntu”.

Menurutnya, satu-satunya jalan bagi Taipei untuk menjaga perdamaian adalah kembali kepada konsesnus 1992 di bawah kebijakan Satu-China.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dokter yang Kunjungi RS Gaza Tercengang, Kondisi Anak-anak Palestina Begitu Miris

Dokter yang Kunjungi RS Gaza Tercengang, Kondisi Anak-anak Palestina Begitu Miris

Global
Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Nasib Pencuri Buku Harian Putri Joe Biden, Terancam Masuk Bui

Global
Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Taliban Berlakukan Kembali Hukuman Rajam Perempuan Berzina, Digelar di Depan Umum Sampai Mati

Global
Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Jubir Gedung Putih Analogikan Rusia Seperti Penjual Pupuk Kandang, Apa Maksudnya?

Global
Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Perancis Setujui RUU Larangan Diskriminasi Berdasarkan Gaya Rambut

Global
Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Giliran Jepang Akan Lanjutkan Pendanaan untuk UNRWA

Global
Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Pemukim Yahudi Incar Tanah di Tepi Pantai Gaza: Ini Tuhan Berikan kepada Kami

Global
Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Rangkuman Hari Ke-764 Serangan Rusia ke Ukraina: Zelensky Desak Mike Johnson | Rusia Klaim Punya Bukti Ukraina Terlibat Penembakan Konser

Global
Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Mahasiswi Indonesia di Jerman Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Bus 

Global
Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Pejabat AS Sedang Debatkan Kentang Termasuk Sayuran atau Bukan

Global
Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Kekerasan Geng di Haiti Tewaskan 1.500 Orang dalam 3 Bulan

Global
Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Bus Terjun ke Jurang di Afrika Selatan, 45 Orang Tewas, Hanya Gadis 8 Tahun yang Selamat

Global
Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Rusia Klaim Punya Bukti Pelaku Penembakan Konser Moskwa Terkait dengan Ukraina

Global
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Pastikan Bantuan Kemanusiaan Sampai Gaza 

Global
[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

[POPULER GLOBAL] Korban Suplemen di Jepang Bertambah | Padmarajan 238 Kali Kalah di Pemilu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com