TEL AVIV, KOMPAS.com - Lebih dari 70 tahun setelah Israel mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara, batas-batas wilayah negara itu belum juga selesai.
Perang, perjanjian dan okupasi wilayah masih terus terjadi dan mengubah bentuk negara Yahudi tersebut dari waktu ke waktu.
Berikut adalah serangkaian peta Israel yang berubah beserta peristiwa dan alasannya.
Baca juga: Sejumlah Negara Arab Mulai Berdamai dengan Israel, Bagaimana Nasib Palestina?
Namun, Perang Dunia Pertama (PD I) dan runtuhnya kekaisaran Ottoman menyebabkan wilayah yang dikenal sebagai Palestina - tapi bagi orang Yahudi, bagian di sebelah barat Sungai Jordan disebut tanah Israel - diserahkan ke Inggris untuk dikelola oleh kekuatan Sekutu yang menang perang (segera setelah disahkan oleh Liga Bangsa-Bangsa).
Inggris diamanahkan untuk mempersiapkan pendirian "sebuah rumah nasional bagi bangsa Yahudi" di tanah Palestina, selama langkah itu tidak mengurangi hak-hak sipil dan agama komunitas non-Yahudi di sana.
Baca juga: Mengapa Sejumlah Negara Arab Kini Memilih Berdamai dengan Israel?
Inggris kemudian menyerahkan masalah tersebut kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang pada tahun 1947 mengusulkan pembagian Palestina menjadi dua negara - satu Yahudi, satu Arab - dengan wilayah Yerusalem - Betlehem menjadi kota internasional.
Rencana tersebut diterima oleh para pemimpin Yahudi Palestina, tetapi ditolak oleh para pemimpin Arab.
Baca juga: Normalisasi Hubungan UEA-Bahrain dengan Israel Tak Pengaruhi Sikap Indonesia terhadap Palestina
Setelah deklarasi, Israel diserang oleh lima tentara Arab, menandai dimulainya Perang Kemerdekaan Israel.
Pertempuran itu berakhir pada tahun 1949 dengan serangkaian gencatan senjata dan menghasilkan batas-batas di sepanjang wilayah zona pertempuran antara Israel dengan negara-negara tetangga.
Batas itu kemudian dikenal sebagai Jalur Gaza (diduduki oleh Mesir) dan Yerusalem Timur dan Tepi Barat (diduduki oleh Yordania).
Negara-negara Arab di sekitarnya menolak untuk mengakui Israel, yang berarti perbatasannya belum disepakati.
Baca juga: Apakah Arab Saudi Melunakkan Pendiriannya untuk Normalisasi dengan Israel?