Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batalkan Lebih dari 1.000 Visa Mahasiswa dan Peneliti, Trump Dituduh China 'Rasialis'

Kompas.com - 12/09/2020, 06:22 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah China menuduh Amerika Serikat melakukan diskriminasi rasial setelah Washington membatalkan visa lebih dari 1.000 mahasiswa dan peneliti dari China.

Amerika Serikat (AS) mengatakan visa tersebut dicabut karena penerimanya memiliki kaitan dengan militer China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan pembatalan sepihak seperti ini adalah "pelanggaran hak asasi manusia".

Baca juga: China-India Sepakat, Pasukan di Perbatasan Harus Redakan Ketegangan

"Pemerintah Amerika Serikat secara terbuka mencederai hak-hak sah dari mahasiswa China di AS. Ini adalah persekusi politis, rasisme dan merupakan pelanggaran hak asasi mahasiswa yang berada di luar negeri," kata Zhao Lijian.

"AS tak semestinya membatasi mahasiswa China di negara mereka. Kami mendukung sepenuhnya mahasiswa kami dan kami akan melindungi hak dan kepentingan para mahasiswa ini," katanya.

Beberapa mahasiswa China yang sudah mendaftar ke sejumlah universitas di AS mendapat pemberitahuan bahwa visa mereka dibatalkan pada Rabu lalu (9/9/2020) melalui surel yang dikirim oleh Kedutaan AS di Beijing atau dari kantor konsulat, kata kantor berita Reuters.

Baca juga: Trump Akui Sengaja Mengecilkan Ancaman dari Virus Corona

'Cegah pencurian penelitian sensitif'

Keputusan Washington membatalkan lebih dari 1.000 visa bagi mahasiswa dan peneliti China diumumkan pada Rabu dengan alasan untuk melindungi keamanan nasional dan sebagai sanksi atas "pelanggaran HAM yang dilakukan China".

Pejabat senior Departemen Keamanan Dalam Negeri, Chad Wolf, sebelumnya mengatakan Washington "memblokir visa mahasiswa pascasarjana dan peneliti China yang punya kaitan dengan militer untuk mencegah pencurian penelitian-penelitian yang sifatnya sensitif".

Ia mengulangi tuduhan bahwa China "melakukan spionase industri, termasuk berusaha mencuri penelitian virus corona".

Baca juga: Derita Minoritas Uighur di Xinjiang, Ditahan dan Dipaksa Minum Obat Tradisional China

Wolf juga menyinggung soal "upaya mencegah barang-barang yang diproduksi dari proses kerja paksa memasuki pasar Amerika Serikat" dan mendesak China "menghargai martabat setiap warga", yang oleh banyak pihak dianggap mengacu ke perlakuan Beijing terhadap warga Muslim di Xinjiang.

Sementara itu, Juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan pembatalan visa merupakan reaksi atas "penggerusan demokrasi di Hong Kong oleh Beijing".

Tahun lalu, terdapat sekitar 400.000 mahasiswa China di Amerika Serikat.

Hubungan AS-China bermasalah terkait dengan beberapa isu seperti perdagangan, HAM, Hong Kong, dan virus corona.

Baca juga: Di Tengah Ketidakpercayaan Warga pada China, Hong Kong Gelar Tes Covid-19 Massal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com