Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegangan Syiah dan Sunni Meningkat, Picu Kekhawatiran Babak Baru Kekerasan Sektarian di Pakistan

Kompas.com - 11/09/2020, 23:02 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

KARACHI, KOMPAS.com - Ribuan pengunjuk rasa anti-Syiah memicu kekhawatiran masyarakat meningkatnya ketegangan kelompok agama antara Syiah dan Sunni, yang dapat memicu babak baru kekerasan sektarian di Karachi, Pakistan.

Melansir AFP pada Jumat (11/9/2020), kekhawatiran itu disebabkan karena ribuan pengunjuk rasa anti-Syiah di Karachi Pakistan pada Jumat (11/9/2020), termasuk demonstran yang memiliki hubungan dengan ekstrimis Sunni.

Unjuk rasa anti-Syiah dilakukan menyusul serangkaian tuduhan penistaan terhadap para pemimpin utama Syiah di Pakistan.

Baca juga: Dianggap Tidak Bermoral, Pakistan Blokir 5 Aplikasi Kencan Online

Pada Agustus, siaran televisi tentang prosesi Asyura menunjukkan ulama dan peserta diduga membuat pernyataan yang meremehkan tokoh-tokoh Islam bersejarah.

Asyura memperingati pembunuhan cucu Nabi Muhammad, Hussein pada Pertempuran Karbala pada 680 M, yang menjadi momen menentukan perpecahan agama dan kelahiran Islam Syiah.

Demonstrasi pada Jumat menunjukkan ribuan pengunjuk rasa berorasi di dekat makam pendiri negara, yaitu Muhammad Ali Jinnah, di mana peserta meneriakkan "kafir" dan "Tuhan adalah Yang Maha Besar".

Baca juga: Pakistan Kecam Rencana Majalah Charlie Hebdo Cetak Ulang Karikatur Nabi Muhammad

"Kami tidak akan mentolerir pencemaran nama baik lagi," kata Qari Usman dari partai politik Islam Jamiat Ulema-e-Islam dalam pidatonya.

Kantong-kantong demonstran memegang spanduk kelompok ekstremis anti-Syiah Sipah-e-Sahaba, yang telah dikaitkan dengan pembunuhan ratusan Syiah selama bertahun-tahun.

Penodaan agama adalah masalah yang sangat sensitif di Pakistan yang konservatif, di mana undang-undang dapat menjatuhkan hukuman mati bagi siapa pun yang dianggap menghina Islam atau tokoh Islam.

Baca juga: Menteri Pakistan Ini Ancam Bakal Serang India Pakai Senjata Nuklir

Bahkan, tuduhan yang tidak terbukti telah menyebabkan pembunuhan massal dan pembunuhan main hakim sendiri.

Kekerasan sektarian telah meletus secara tiba-tiba selama beberapa dekade di Pakistan, dengan kelompok militan anti-Syiah yang tumbuh di dalam negeri, membom tempat-tempat suci dan menargetkan prosesi Asyura.

Ribuan orang terbunuh dalam dekade sebelumnya yang memicu tindakan keras oleh pasukan keamanan pada 2015, yang mengakibatkan penurunan dramatis dalam kekerasan sektarian.

Baca juga: Kencan Lewat Tinder, Wanita Pakistan Menghalau Tabu

Tindakan keras itu memuncak pada Juli 2015 ketika Malik Ishaq, kepala kelompok militan terlarang Lashkar-e-Jhangvi (LeJ) tewas dalam baku tembak dengan polisi bersama dengan 13 sesama militan.

Baku tembak itu memusnahkan sebagian besar pemimpin puncak LeJ, kekuatan pendorong dalam kekerasan yang menargetkan Syiah, yang merupakan sekitar 20 persen dari 220 juta penduduk Pakistan.

Karachi, kota terbesar di Pakistan yang juga merupakan pusat bisnis dan industri utama, dulunya penuh dengan militansi politik, sektarian, dan etnis dengan ribuan orang terbunuh.

Namun, operasi selama bertahun-tahun oleh pasukan keamanan yang dimulai pada 2013 telah membawa kerusuhan yang cukup mereda, tetapi serangan yang tersebar masih terjadi.

Baca juga: Dianiaya 35 Tahun di Kebun Binatang Pakistan, Gajah Kaavan Akhirnya Punya Rumah Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com