JENEWA, KOMPAS.com - Dampak kematian karena Covid-19 terhadap kelompok usia orang tua sama buruknya dengan dampak kematian terhadap generasi muda.
WHO menyebut dampak kematian yang tinggi karena virus corona terhadap usia orang tua, dapat mengancam runtuhnya warisan moral untuk generasi selanjutnya.
Melansir CNN pada Jumat (4/9/2020), pada awal pekan ini Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dirinya banyak mendengar orang-orang menggambarkan tingkat kematian Covid-19 yang tinggi di antara orang tua sebagai sesuatu "baik-baik saja".
"Tidak, ketika orang tua sekarat itu tidak baik. Itu kebangkrutan moral," kata Tedros dalam konferensi pers.
"Setiap kehidupan, baik tua maupun muda, berharga dan kita harus melakukan segalanya untuk menyelamatkannya," ujarnya.
Baca juga: Panel Independen Siap Investigasi WHO Terkait Pandemi Virus Corona
Angka WHO pekan lalu menunjukkan bahwa hampir 88 persen dari semua kematian di Eropa terjadi pada orang yang berusia 65 ke atas.
Hampir setengah dari semua kematian yang terkait dengan Covid-19 secara global terjadi di rumah perawatan, menurut jaringan Long-Term Care Covid (LTCcovid) di London School of Economics.
Meski, sejumlah besar lansia meninggal karena virus corona, dan secara signifikan terjadi penurunan kualitas hidup dari kebanyakan mereka yang dipaksa untuk mengisolasi diri, untuk merespons risiko pandemi global yang sedang terjadi.
Baca juga: WHO Dituding Korup, AS Enggan Ikut Koalisi Pengembangan Vaksin Corona
Ketika Swedia mengambil keputusan kontroversial untuk tidak melakukan lockdown, kepala ahli epidemiologi negara itu, Anders Tegnell, mengatakan kepada surat kabar lokal, bahwa Badan Kesehatan Masyarakatnya "tidak tahu bahwa akan ada potensi penyakit besar untuk menyebar di panti jompo, dengan begitu banyak kematian".
Namun, dia mengatakan strategi utama negara untuk social distancing masih "bekerja dengan baik", dan dia "tidak dapat melihat bahwa kita seharusnya melakukannya dengan cara yang sama sekali berbeda."
Baca juga: Ahli Kesehatan Prediksi Jumlah Kematian karena Covid-19 di AS Lebih dari 410.000 pada 2021
Tony Abbott, mantan Perdana Menteri Australia, menyarankan dalam pidatonya di Inggris pada Selasa (1/9/2020) bahwa beberapa pasien virus corona lansia dapat secara alamiah tewas terinfeksi.
"Dalam suasana ketakutan ini, sulit bagi pemerintah untuk bertanya, 'Berapa harga sebuah kehidupan?' Karena setiap kehidupan itu berharga, dan setiap kematian itu menyedihkan," ujar Abbott kepada Policy Exchange di London.
"Namun, itu tidak pernah menghentikan keluarga terkadang memilih untuk membuat kerabat lanjut usia senyaman mungkin, sementara secara alami mereka terenggut," katanya.
Baca juga: DJ Positif Corona di Penjara, Penularan Lokal Pertama di Thailand dalam 100 Hari
Abbott mengatakan pemerintah tidak "berpikir seperti ekonom kesehatan, dilatih untuk mengajukan pertanyaan tidak nyaman tentang tingkat kematian yang mungkin harus kita jalani."
Dia mengatakan bahwa, bahkan jika lockdown Australia telah mencegah 150.000 kematian yang diperkirakan, biayanya 300 miliar dollar AS (Rp 4,4 kuadriliun) untuk negara itu harus mencapai 2 juta dollar AS (Rp 29,5 miliar) per biaya hidup yang dihemat, atau 200.000 dollar AS (Rp 2,9 miliar) per tahun.
Jika mereka hanya memiliki harapan hidup 10 tahun, maka itu harga "jauh di luar apa yang biasanya pemerintah siap bayar untuk obat-obatan menyelamatkan jiwa."
Baca juga: Positif Corona, Eks PM Italia Silvio Berlusconi Masuk Rumah Sakit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.