Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Alexei Navalny, Berikut Kasus Lain yang Melibatkan Racun Saraf Novichok

Kompas.com - 04/09/2020, 08:47 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

LONDON, KOMPAS.com - Petugas polisi yang pernah diracuni dengan racun saraf Novichok di Inggris pada Maret 2018 telah mengirim komentar tentang kasus kritikus Kremlin, Alexey Navalny.

Melansir CNN pada Kamis (3/9/2020), Detektif Sersan Nick Bailey sempat dirawat di rumah sakit setelah mengalami kontak dengan racun saraf Novichok, yang juga menyerang mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia di Salisbury, di selatan Inggris.

Pada Kamis, Bailey menanggapi tweet dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang mengutuk pemerintah Rusia dan berjanji untuk "bekerja dengan mitra internasional untuk memastikan keadilan dilakukan."

Baca juga: Kremlin Bantah Klaim Bahwa Navalny Diracun dengan Novichok

Bailey berkata, "Saya memiliki banyak hal yang ingin saya katakan tentang tweet ini (Boris Johnson). Tapi, saya tidak bisa, dan saya tidak mau."

Istri Bailey pun menanggapi tweet Johnson. "Keadilan akan menyenangkan. Tindakan dapat lebih berarti daripada kata-kata," tweet Sarah Bailey.

"Sudah hampir 2 1/2 tahun setelah kejadian di Salisbury dan tidak ada keadilan untuk Dawn dan keluarganya dan tidak ada keadilan untuk Skripals, Charlie atau kami. Dan sekarang itu terjadi lagi," katanya.

Baca juga: Mengenal Novichok, Racun Saraf Era Uni Soviet yang Diduga Dipakai Meracuni Alexei Navalny

Ia melanjutnya, "Tampaknya tidak ada konsekuensi bagi para pelakunya. Pemerintah berhak mengutuk tindakan ini, tetapi dalam 2 1/2 tahun apakah akan dilupakan? Begitulah rasanya bagi kami. #RIPDawn."

Dawn Sturgess adalah seorang wanita Inggris berusia 44 tahun yang meninggal setelah mengusap apa yang dia yakini sebagai parfum dari botol kecil.

Faktanya, botol itu berisi racun saraf yang sebelumnya membuat Skripal dan putrinya sakit.

Pasangannya, Charlie Rowley, juga dirawat di rumah sakit, tetapi kemudian dipulangkan. Skripal juga selamat dari serangan itu.

Baca juga: Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Diduga Diracun dengan Racun Saraf Novichok

Bailey melakukan kontak dengan Novichok saat menyelidiki keracunan Skripal, mantan agen KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti/Komite Keamanan Negara) yang akhirnya bekerja untuk intelijen Inggris.

Jaksa penuntut Inggris mengatakan pada 2018 bahwa mereka memiliki cukup bukti untuk menuntut 2 orang Rusia dengan konspirasi pembunuhan, tetapi mereka tidak mengajukan ekstradisi terhadap orang-orang tersebut karena konstitusi Rusia tidak mengizinkannya.

Keracunan yang dialami Navalny, seorang juru kampanye anti-korupsi yang telah berulang kali dipenjara dan menghabiskan waktu lama di tahanan karena mengorganisir protes politik, telah mengingatkan kembali tentang beberapa kasus keracunan berbau politik.

Baca juga: Usai Diracuni, Kondisi Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny Membaik

Ada kasus Salisbury yang menggunakan racun Novichok pada 2018, dan pembunuhan politik terhadap mantan agen Rusia Alexander Litvinenko yang diracun menggunakan polonium-210 di London pada 2006.

Kremlin secara konsisten membantah terlibat dalam serangan-serangan terkenal itu.

Namun, pemerintah Barat, peneliti independen, dan pengamat Rusia melihat pola yang konsisten dari keterlibatan negara Rusia dalam pembunuhan baik di dalam maupun di luar negeri.

Baca juga: Dituduh Racuni Alexei Navalny, Kremlin: Omong Kosong

Navalny saat ini dirawat di rumah sakit Berlin setelah jatuh sakit dalam penerbangan dari kota Tomsk di Siberia ke Moskwa.

Pemerintah Jerman pada Rabu (2/9/2020) mengumumkan bahwa dia telah diracuni dengan zat kimia saraf dari kelompok racun Novichok, yang menyebabkan kecaman dari para pemimpin di seluruh dunia, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel.

Namun, Presiden AS Donald Trump yang telah menghadapi kritik tajam karena pendekatannya yang lembut ke Rusia, hampir diam atas keracunan Navalny dan tanggapan AS pada Rabu datang dari juru bicara Dewan Keamanan Nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com