Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Belum Pilih Cawapres, Nama Nikki Haley Mencuat, Siapakah Dia?

Kompas.com - 29/08/2020, 17:11 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Forbes

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sampai sekarang belum mengumumkan siapa calon wakil presidennya untuk maju ke pemilu 3 November mendatang.

Teka-teki pun mencuat, apakah Trump bakal mengikuti langkah Joe Biden memilih cawapres wanita?

Seperti yang telah diketahui, Biden resmi menggandeng Senator California Kamala Harris pada 12 Agustus lalu.

Baca juga: Kenali Sikap Politis Kamala Harris, Calon Wakil Presiden AS Berkulit Hitam

Pada Maret pengamat politik CNN Paul Begala meramalkan, Trump akan meninggalkan Mike Pence sebagai cawapresnya pada Juli, dan menggantinya dengan Nikki Haley mantan Duta Besar AS untuk PBB.

Banyak pakar politik lainnya juga meramalkan Haley sebagai cawapres Trump di pemilu kali ini.

Namun hingga kini, terbukti prediksi Begala belum terbukti tepat.

Meski begitu Begala tetap kukuh mempertahankan prediksinya. Pada 12 Agustus dia menulis di Twitter, "Saya sudah bilang ke kalian, Pence tidak akan ikut dalam debat cawapres."

"Dia akan bertemu dengan penjaja Hydroxy sedangkan Nikki Haley berdebat dengan Kamala. Trump akan meninggalkan Pence, lihat saja nanti."

Baca juga: Ivanka Trump, Tuai Kontroversi karena Perannya Tak Jelas di Gedung Putih

Nikki Haley saat mengundurkan diri dari jabatan Duta Besar AS untuk PBB.AFP / ANDREW CABALLERO-REYNOLDS Nikki Haley saat mengundurkan diri dari jabatan Duta Besar AS untuk PBB.
Siapakah Nikki Haley?

Haley adalah pengusaha wanita dari South Carolina, yang memulai karier politiknya pada 2004 saat mencalonkan diri di DPR South Carolina.

Pada 2011 wanita yang kini berusia 48 tahun tersebut terpilih menjadi Gubernur South Carolina, sampai Trump menominasikannya sebagai Dubes AS untuk PBB.

Menurut opini editor yang diterbitkan Wall Street Journal, mengganti Pence dengan Haley bisa mengubah permainan kampanye Trump.

"Sudah telat bagi Trump untuk mengubah kepribadian politiknya. Tetapi berkaca dari pemilu 2016, Nikki Haley dapat mengurangi antipati terhadap Trump yang banyak menerpa wanita moderat dan condong ke Republik."

Haley mundur dari posisinya di PBB pada 2018, lalu menjadi pendukung Trump dan pada November 2019 sang presiden menjanjikannya bagian besar dalam kampanye.

Baca juga: Donald Trump: Amerika Kacau dan Rusuh jika Joe Biden Terpilih

Di PBB, Haley dengan tegas membela kebijakan pemerintah "Negeri Paman Sam", termasuk soal posisi Washington di Israel, dan keputusannya untuk memindahkan kedutaan AS di Israel ke Yerusalem.

Haley berkata di hadapan Majelis Umum PBB bahwa dia "mencatat" negara-negara yang mengambil suara untuk menentang keputusan pemerintahan Trump dalam mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Halaman:
Sumber Forbes
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Rangkuman Hari Ke-791 Serangan Rusia ke Ukraina: Bantuan Baru AS | Kiriman Rudal ATACMS

Global
AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

AS Diam-diam Kirim Rudal Jarak Jauh ATACMS ke Ukraina, Bisa Tempuh 300 Km

Global
[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

[POPULER GLOBAL] Demo Perang Gaza di Kampus Elite AS | Israel Tingkatkan Serangan

Global
Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Biden Teken Bantuan Baru untuk Ukraina, Dikirim dalam Hitungan Jam

Global
Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Israel Serang Lebanon Selatan, Sasar 40 Target Hezbollah

Global
Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Situs Web Ini Tawarkan Kerja Sampingan Nonton Semua Film Star Wars, Gaji Rp 16 Juta

Global
Wanita Ini Didiagnosis Mengidap 'Otak Cinta' Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Wanita Ini Didiagnosis Mengidap "Otak Cinta" Setelah Menelepon Pacarnya 100 Kali Sehari

Global
Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Kakarratul, Tikus Tanah Buta yang Langka, Ditemukan di Pedalaman Australia

Global
Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Kisah Truong My Lan, Miliarder Vietnam yang Divonis Hukuman Mati atas Kasus Penipuan Bank Terbesar

Global
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Ditahan Terkait Skandal Korupsi

Global
Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Olimpiade Paris 2024, Aturan Berpakaian Atlet Perancis Berbeda dengan Negara Lain

Global
Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Adik Kim Jong Un: Kami Akan Membangun Kekuatan Militer Luar Biasa

Global
Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Bandung-Melbourne Teken Kerja Sama di 5 Bidang

Global
Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Mengenal Batalion Netzah Yehuda Israel yang Dilaporkan Kena Sanksi AS

Global
Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Mengapa Ukraina Ingin Bergabung dengan Uni Eropa?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com