Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdana Menteri Australia Terbuka untuk Transfer Tahanan untuk Brenton Tarrant

Kompas.com - 29/08/2020, 07:40 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

SYDNEY, KOMPAS.com - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pada Jumat (28/8/2020), bahwa dia terbuka untuk diskusi tentang apakah pembunuh massal, Brenton Tarrant, harus menjalani hukumannya di negara asalnya.

Melansir Reuters pada Jumat (28/8/2020), Morrison mengatakan bahwa hingga Jumat kemarin pihaknya belum menerima permintaan resmi dari Selandia Baru untuk transfer tahanan.

Meski, Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peters menyarankan pentransferan itu setelah Tarrant dijatuhi hukuman pada Kamis.

Baca juga: Sidang Terdakwa Penembakan Masjid Christchurch Brenton Tarrant Tak Boleh Disiarkan Langsung

"Kami akan melakukan diskusi terbuka dan melihat masalah yang ada," kata Morrison, menambahkan bahwa pandangan keluarga yang terkena dampak perlu dipertimbangkan terlebih dahulu.

“Saya tahu semua orang Australia dan semua orang Selandia Baru ingin melihat orang ini dikurung selamanya dan tidak pernah melihat cahaya lagi. Dan saya setuju dengan itu. Apakah dia ditahan di Selandia Baru atau Australia?" lanjutnya.

Brenton Tarrant, teroris penembakan di masjid Selandia Baru, dihukum seumur hidup tanpa mendapatkan pembebasan bersyarat, pada Kamis (27/8/2020).

Baca juga: Brenton Tarrant, Teroris Penembakan Masjid Selandia Baru, Dihukum Seumur Hidup

Hukuman yang diterima Tarrant merupakan yang terlama, serta baru pertama kali diterapkan untuk penghapusan bebas bersyarat dalam sejarah "Negeri Kiwi".

Hakim Cameron Mander mengumumkan vonis bagi Brenton Tarrant setelah sidang maraton selama 4 hari, dengan 91 korban maupun keluarga korban.

Tarrant, yang dibesarkan di sebuah kota pedesaan di utara Sydney, Australia, mengakui 51 dakwaan pembunuhan, 40 dakwaan percobaan pembunuhan, dan satu dakwaan melakukan tindakan teroris untuk penembakan 2019 di dua masjid di Christchurch.

Baca juga: Jalan Beracun Brenton Tarrant Menjadi Ekstremis dan Teroris

Meski pun, Australia dan Selandia Baru memiliki pengaturan visa yang ketat, mereka tidak memiliki kesepakatan transfer tahanan, yang menciptakan rintangan bagi perubahan jangka pendek apa pun dalam pemenjaraan Tarrant.

Langkah-langkah keamanan khusus untuk Tarrant diperkirakan membebani pembayar pajak Selandia Baru sebesar 2,4 juta dollar AS (Rp 34,9 miliar) selama 2 tahun atau hampir 5.000 dollar NZ (Rp 49 juta) per hari, menurut perkiraan pemerintah Selandia Baru.

Masalah kewarganegaraan Tarrant diangkat beberapa kali selama sidang hukuman minggu ini di Christchurch.

Baca juga: Pesan Seorang Ayah kepada Pembunuh di Masjid Selandia Baru: Keadilan Sejati Menantimu di Akhirat

Hakim Pengadilan Tinggi Cameron Mander mengatakan dia yakin Tarrant datang ke Selandia Baru untuk melakukan serangan untuk menimbulkan ketakutan di negara yang tadinya merupakan salah satu negara teraman di dunia.

John Milne, yang kehilangan seorang putra dalam serangan itu, mengatakan kepada pengadilan pada Rabu (26/8/2020) bahwa Tarrant harus dikirim "kembali ke Australia dari mana dia berasal".

Baca juga: Pelaku Penembakan di Masjid Selandia Baru 2019 Menolak Memberikan Pernyataan Apa pun di Pengadilan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com