WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kepala Kesehatan Washington, pada Rabu kemarin (12/8/2020) menyatakan kecurigaannya tentang klaim Rusia yang telah mengembangkan vaksin pertama virus corona, karena menilai kurangnya data dari uji coba awalnya.
Moskwa pada Selasa kemarin (11/8/2020) mengatakan bahwa vaksin mereka menawarkan "kekebalan keberlanjutan" terhadap virus.
Bahkan, melansir Daily Mail, Menkes Rusia mengatakan bahwa dia mengharapkan vaksin Sputnik V mampu beri imunitas sampai 2 tahun lamanya.
Namun, para ilmuwan Barat sebelumnya menyuarakan keprihatinan tentang kecepatan pengembangan perawatan Rusia, menunjukkan para peneliti mengambil jalan pintas.
Baca juga: Delegasi AS Mendarat di Taiwan, Kunjungan Level Tertinggi sejak 1979
Menteri Kesehatan AS Alex Azar menggaungkan kekhawatiran itu pada Rabu ketika dia mengakhiri kunjungan tiga harinya di Taiwan.
"Sangat penting bagi kita untuk menyediakan keamanan, efektivitas vaksin dan data yang transparan... Ini bukan soal perlombaan siapa yang lebih dulu," ujar Alex Azar kepada wartawan selama konferensi melalui panggilan telepon.
"Harus saya catata bahwa 2 dari 6 vaksin AS yang telah kami investasikan memasuki fase 3 uji klinis pekan lalu di mana vaksin Rusia baru memulainya," imbuh Azar.
"Data dari uji coba awal di Rusia belum diungkapkan, itu tidak transparan."
Baca juga: Menkes AS: Trump Tawarkan Dukungan Kuat kepada Taiwan
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan vaksin itu aman, dan salah satu putrinya telah menerima suntikan vaksin tersebut.
Vaksin tersebut diberi nama "Sputnik", diambil dari nama satelit buatan pertama di dunia yang membantu Uni Soviet memimpin perlombaan antariksa Perang Dingin pada 1957.
Para pemerintah dunia berada di bawah tekanan besar untuk menemukan vaksin melawan virus corona, yang telah menewaskan lebih dari 700.000 orang di seluruh dunia berdasarkan laporan AFP dan menghancurkan ekonomi global sejak pertama kali muncul di China tengah akhir tahun lalu.
AS adalah negara yang paling terdampak dengan hampir 5,1 juta infeksi dan lebih dari 163.000 kematian akibat virus tersebut.
Baca juga: Vaksin Corona Sputnik V yang Diketahui Sejauh Ini…
Presiden AS Donald Trump menghadapi perjuangan berat untuk terpilih kembali pada November, menyusul saingannya Joe Biden dalam pemungutan suara ketika kemarahan meningkat atas penanggulangan pemerintahnya terhadap pandemi.
Azar mengatakan dia yakin vaksin akan tersedia untuk orang Amerika.
"Kami percaya bahwa sangat kredibel, kami akan memiliki puluhan juta dosis tinggi vaksin berstandar emas, aman dan efektif pada akhir tahun ini, dan (punya) ratusan juta dosis saat kita memasuki permulaan tahun depan, "katanya.
Trump telah meluncurkan "Operation Warp Speed", yang bertujuan untuk mengembangkan, memproduksi, dan mendistribusikan vaksin virus corona ke semua orang Amerika pada Januari 2021.
Baca juga: Tanggapi Vaksin Corona dari Rusia, Para Ahli Skeptis
Sejauh ini, Washington telah memberikan setidaknya 9,4 miliar dollar AS kepada tujuh pengembang vaksin dan menandatangani kontrak manufaktur dengan lima di antaranya untuk menyediakan 700 juta dosis.
Perjalanan Azar ke Taiwan, kunjungan tingkat tertinggi AS sejak Washington mengalihkan pengakuan diplomatik ke Beijing pada 1979, dianggap sebagai kesempatan untuk belajar dari keberhasilan pulau itu dalam menahan penyebaran virus.
Taiwan telah melaporkan kurang dari 500 infeksi dan hanya tujuh kematian karena Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.