Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Disinformasi Covid-19 dapat Berakibat Kematian

Kompas.com - 11/08/2020, 17:10 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON, KOMPAS.com - Rumor, stigma, dan teori konspirasi tentang Covid-19 yang keliru dan beredar di berbagai negara, dapat berakibat fatal hingga mendorong tewasnya 800 orang dan lebih dari 5.000 orang dirawat di rumah sakit.

Sebuah studi yang dirilis American Journal of Tropical Medicine and Hygiene pada Senin (10/8/2020), menyebutkan bahwa rumor, stigma, dan teori konspirasi tentang Covid-19 telah beredar dalam 25 bahasa berbeda di setidaknya di 87 negara , termasuk Amerika Serikat (AS).

Melansir CNN pada Selasa (11/8/2020), studi ini melibatkan analisis rumor terkait virus corona, stigma dan teori konspirasi yang diunggah ke berbagai platform media sosial, surat kabar online, dan situs web lain, selama 31 Desember dan 5 April.

Baca juga: Jumlah Kasus Virus Corona di Dunia Tembus 20 Juta

Para peneliti dari berbagai institusi di Bangladesh, Australia, Thailand dan Jepang mendefinisikan "rumor" sebagai informasi yang belum diverifikasi yang dapat ditemukan benar, dibuat-buat, atau seluruhnya salah setelah verifikasi.

"Stigma" terkait dengan diskriminasi atau devaluasi suatu kelompok. "Teori konspirasi" didefinisikan sebagai keyakinan tentang seseorang atau sekelompok orang yang bekerja secara rahasia untuk mencapai tujuan jahat.

Para peneliti mengidentifikasi 2.311 laporan terkait kemungkinan misinformasi Covid-19 dalam 25 bahasa dari 87 negara.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Adu Kuat China Vs Taiwan, Seperti Apa Perbandingan Militer 2 Negara? | Misteri Besar Melonjaknya Kasus Virus Corona di Vietnam

Hasil studi menunjukkan dari laporan tersebut ada 89 persen informasi diklasifikasikan sebagai rumor, 7,8 persen adalah toeri konspirasi, dan 3,5 persen adalah stigma.

Beberapa disinformasi yang beredar di masyarakat, contoh stigma seperti, "Telur unggas terkontaminasi virus corona", "Minum pemutih dapat membunuh virus".

Kemudian contoh teori konspirasi, seperti "Setiap penyakit pernah datang dari China", "Covid-19 adalah senjata biologis yang didanai oleh Bill & Melinda Gates foundation untuk meningkatkan penjualan vaksin".

Baca juga: Nekat Gelar Pesta Kala Pandemi Virus Corona, 300 Orang Dibubarkan Polisi

Sebagian besar rumor, stigma, dan teori konspirasi diidentifikasi dari India, Amerika Serikat, Cina, Spanyol, Indonesia dan Brasil, demikian temuan para peneliti.

Analisis menunjukkan bahwa 24 persen dari laporan secara keseluruhan terkait dengan penyakit Covid-19, kematian, dan penularan virus corona.

Kemudian, terkait perihal upaya pengendalian sebanyak 21 persen, pengobatan atau "penyembuhan" sebanyak 19 persen, penyebab penyakit dan asal-usul virus sebanyak 15 persen, kekerasan 1 persen, dan lain-lain 20 persen.

Baca juga: Di Finlandia, Orang yang Datang dari Negara Berisiko Covid-19 Wajib Karantina, Jika Tidak Terancam Penjara

Dalam studi tersebut para peneliti mencatat, bahwa kesalahan informasi seperti itu dapat berakibat fatal yang mencederai hingga mematikan.

"Desas-desus dapat menutupi diri mereka sendiri sebagai strategi pencegahan dan pengendalian infeksi (virus corona) yang kredibel dan berpotensi memiliki implikasi serius, jika diprioritaskan daripada pedoman resminya," tulis para peneliti.

Misalnya, mitos populer bahwa konsumsi alkohol dengan konsentrasi tinggi dapat mendisinfeksi tubuh dan membunuh virus yang beredar di berbagai bagian dunia.

Baca juga: Wilayah Utara Australia Ditutup hingga 2022 untuk Melindungi Populasi Aborigin dari Covid-19

"Menyusul kesalahan informasi tersebut, sekitar 800 orang telah meninggal, sedangkan 5.876 telah dirawat di rumah sakit dan 60 telah mengembangkan kebutaan total setelah minum metanol sebagai obat untuk virus corona," ujar para peneliti.

Studi ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk data yang berasal dari platform online yang tersedia untuk umum, jadi mungkin ada lebih banyak informasi yang salah telah beredar lebih jauh.

Sementara, jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia sekarang telah tercatat lebih dari 20 juta, lebih dari setengahnya dari Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Misteri Besar Melonjaknya Kasus Virus Corona di Vietnam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com