BEIRUT, KOMPAS.com - Protes anti-pemerintah yang terjadi pada Sabtu (8/8/2020) setelah ledakan di Beirut, Lebanon, setidaknya telah membuat 28 orang luka-luka dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Sedangkan ada lebih dari 100 orang lainnya dirawat di tempat kejadian, di Martyr's Square, menurut Palang Merah Lebanon yang dilansir dari Al Jazeera pada Sabtu (8/8/2020).
Baca juga: Pimpinan Hezbollah Bantah Keras Klaim Keterlibatannya dalam Ledakan Dahsyat di Lebanon
Ribuan orang membanjiri alun-alun utama Beirut dengan menggantung tali simbolis yang menurut mereka para pejabat harus digantung selama ledakan pada Selasa kemarin, di tengah bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi anti huru hara di dekat parlemen.
Zeina Khodr dari Al Jazeera di tempat kejadian melaporkan kelompok masyarakat sipil telah meminta orang-orang untuk kembali ke jalan, dengan meneriakan "cukup sudah cukup".
Baca juga: Rakyat Jengah, Sebuah Petisi Mendesak agar Lebanon Diperintah Perancis
"Ada banyak kemarahan, orang-orang menyerukan balas dendam dan keadilan. Mereka mengatakan hari ini (unjuk rasa) adalah tentang keadilan bagi para korban ledakan pada Selasa itu. Para demonstran ingin politisi digantung, mereka ingin politisi dieksekusi," kata Khodr.
Menurut Khodr, ada rasa perlawanan di antara para pengunjuk rasa, meski aparat keamanan menggunakan "gas air mata dalam jumlah berlebihan" untuk membubarkan mereka.
Baca juga: Ledakan Beirut, Presiden Lebanon Tolak Penyelidikan Internasional, Kenapa?
"Orang-orang telah mundur, telah terjadi pertempuran saat pengunjuk rasa mencoba menyerbu gedung parlemen," ujar Khodr.
Sebelumnya, protes anti-pemerintahan telah berlangsung di gedung parlemen di Beirut, Lebanon, pada Kamis (6/8/2020) malam.
Aksi unjuk rasa tersebut terjadi dua hari pasca- ledakan yang mengguncang Beirut pada Selasa (4/8/2020).
Baca juga: 60 Orang Masih Hilang Pasca-ledakan di Beirut, Lebanon
Dalam aksi tersebut, puluhan orang melakukan pelemparan batu sedangkan polisi menembakkan gas air mata ke kerumunan massa sebagaimana dilansir dari CBS News, Jumat (7/8/2020).
Banyak orang Lebanon menyalahkan para pejabat Lebanon atas ledakan besar di Beirut yang menyita perhatian seluruh dunia tersebut. Para pengunjuk rasa memprotes para pejabat karena dituduh salah mengurusi negara dan menuduh mereka korup, sehingga menggiring Lebanon ke ambang kehancuran perekonomian.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.