Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Youssef, Ayah Sudah Pergi ke Surga"

Kompas.com - 05/08/2020, 14:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BERLIN, KOMPAS.com - Di dalam Rumah Sakit Hotel-Dieu, yang sebagian rusak terkena ledakan, puluhan orang yang hendak masuk diminta untuk pergi.

"Ini bencana. Benar-benar bencana," ujar seorang pria masih tak percaya atas insiden dua ledakan yang mengguncang Beirut, ibu kota Lebanon.

Di dalam lobi yang penuh itu, sebuah keluarga baru saja mendapatkan kabar bahwa ada kerabat mereka yang menjadi korban tewas.

Baca juga: Ringkasan Ledakan yang Mengguncang Beirut, Lebanon, dari Jumlah Korban hingga Dugaan Penyebabnya

Kemudian seorang perempuan muda dalam kesedihan mendekati seorang anak kecil, dan kemudian merentangkan tangannya serta memeluknya.

"Youssef, Ayah sudah pergi ke surga," ujar perempuan itu kepada si bocah, sebagaimana diberitakan Al Jazeera Selasa (4/8/2020).

Itulah sekelumit cerita memilukan yang terjadi akibat dua ledakan yang menghantam seantero Beirut pada Selasa petang waktu setempat.

Khaled Hamade, mantan jenderal Angkatan Darat Lebanon, mengungkapkan dia berada sekitar satu kilometer dari pelabuhan yang menjadi lokasi kejadian.

Dia menuturkan banyak kaca berserakan di jalanan, dengan korban tak kalah banyaknya terbaring pasca-insiden yang menuai perhatian dunia tersebut.

"Ini benar-benar bencana. Semuanya (mengingatkan saya) akan hari terakhir perang saudara yang terjadi di Beirut," jelas Hamade.

Mohamed Khalifeh, mantan menteri kesehatan yang bergegas merawat korban menuturkan, dia tengah berada di rumah ketika ledakan itu terjadi.

Baca juga: Pemerintah Lebanon Siapkan Dana Darurat 66 Juta Dollar AS untuk Tangani Ledakan Besar di Beirut

Dia mengingat ketika kawasan pelabuhan meledak, dia segera menyuruh keluarganya untuk berlindung karena dia mengira tengah terjadi gempa.

Hingga tak lama kemudian, Khalifeh mengatakan segalanya mulai roboh. "Saya berhasil selamat, kemudian bergegas ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawa," paparnya.

Khalifeh melanjutkan, saat ini posisi mereka benar-benar sulit karena ledakan itu terjadi, Lebanon tengah berada dalam krisis ekonomi.

"Kami kekurangan perlengkapan medis. Kami kekurangan segalanya. Kami berusaha bertahan. Tetapi kerusakannya di luar bayangan kami," kata dia.

Baca juga: Kisah Korban Ledakan di Beirut: Saya Tak Percaya Saya Masih Hidup

Perdana Menteri Hassan Diab menerangkan, 2.750 ton amoniam nitrat disinyalir jadi penyebab ledakan yang menewaskan 100 orang di Beirut.

Rami Rifai, teknisi berusia 38 tahun dengan suara tercekat menuturkan, dia mengira Lebanon sudah mengalami berbagai peristwa buruk.

Dia mengatakan negara Teluk itu sudah mengalami mulai dari perang saudara, krisis ekonomi, pemerintahan yang disebutnya korup, hingga virus corona.

"Saya tidak mengira bakal ada yang jauh lebih buruk. Saya tak yakin jika negara ini bisa bangkit," ujar Rifai yang dua anaknya terluka seperti diwartakan AFP.

Baca juga: Eks Bintang Porno Mia Khalifa Menduga Ledakan di Beirut, Lebanon karena Konspirasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com