Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Pelukis Raphael pada 1520 karena Virus Corona?

Kompas.com - 18/07/2020, 10:29 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

ROMA, KOMPAS.com - Pelukis sekaligus arsitek terkenal Italia era High Renaissance, Raphael Sanzio alias Rafaello Sanzio dan juga dikenal Raffaello Sanzio da Urbino, dikabarkan tewas akibat penyakit yang "mirip virus corona" menurut studi terbaru.

Seniman kelahiran Firenze, Italia, 6 April 1483, ini wafat di Roma, Italia, pada 6 April 1520 dalam usia 37 tahun.

Raphael meninggal akibat demam yang mirip dengan gejala virus corona saat ini setelah gagal memberitahu dokternya bahwa dia diam-diam mengunjungi kekasihnya pada suatu malam yang dingin.

Hal itu membuat dokternya salah melakukan perawatan medis, menurut sebuah studi terbaru.

Mitos populer mengatakan, pelukis Renaissance itu wafat akibat sifilis pada 1520 akibat terlalu banyak "bermain wanita", tetapi pemeriksaan ahli menyebut dia meninggal akibat infeksi.

Menurut sejarawan Michele Augusto Riva pada media Perancis AFP, Raphael yang demam tinggi adalah sosok pelukis, desainer, dan arsitek produktif yang sangat disayang oleh Paus.

Paus bahkan mengirimkan dokter terbaik di Roma kepada Raphael karena takut kehilangan sosok seniman tak ternilai itu.

Baca juga: Sebut Virus Corona Tak Lagi Ada, Dokter di Italia Picu Kehebohan

Namun, menurut pelukis Italia, Giorgio Vasari, Raphael tidak memberitahu kepada dokternya bahwa dia sering "jalan-jalan malam di udara dingin" untuk mengunjungi beberapa wanita.

"Saat itu, lebih dan sangat dingin pada bulan Maret kala itu, dan dia seperti menderita pneumonia," ungkap Riva, sang sejarawan.

Dokter kala itu mendiagnosis Raphael dengan demam yang disebabkan oleh pendarahan yang semakin membuatnya lemah.

Seniman itu adalah sosok manusia ajaib yang merupakan salah satu dari "trinitas hebat Renaissance" bersama dengan sosok Michelangelo dan Leonardo da Vinci. 

Raphael diantar ke tempat peristirahatan terakhir dengan pujian tertinggi yang disematkan kepadanya di pemakaman besar di Vatikan, Pantheon, sebuah pemakaman bergengsi di Italia.

Setiap tahunnya, mawar merah selalu menghiasi makam Raphael.

Baca juga: Dokter Italia Sebut Virus Corona Sudah Melemah Seperti Kucing Liar

Kesalahan Raphael 

Menurut Riva, pada saat itu, para dokter sadar akan bahaya pendarahan yang terjadi dalam penyakit infeksi namun bertindak berdasarkan informasi yang salah.

Riva adalah salah satu sejarawan yang juga ikut menulis dalam penelitian bersama 3 rekan peneliti lainnya dari Universitas Milano Bicocca.

Halaman:
Baca tentang
Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com