Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut Korsel "Anjing Kampung", Korut Ungkap Alasan Hancurkan Kaesong

Kompas.com - 17/06/2020, 14:38 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

PYONGYANG, KOMPAS.com - Korea Utara menjelaskan kepada Korea Selatan alasan di balik peledakan kantor penghubung antar-Korea pada Selasa (16/6/2020).

Dalam sebuah pernyataan di media, Korut menuduh Korsel telah merusak perjanjian 2018 dan bertingkah layaknya "anjing kampung" sebagaimana dilansir BBC.

Kim Yo Jong, adik pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, menyerang Presiden Korea Selatan Moon Jae-in yang dianggapnya sebagai "boneka Amerika Serikat".

Baca juga: Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, Gulirkan Ancaman terhadap Korea Selatan

Namun, pihak Korea Selatan mengatakan tetap terbuka untuk perundingan dan mengecam tindakan Korut sebagai tindakan yang tidak masuk akal dan merusak.

Korea Utara juga memperbarui ancaman mereka untuk meningkatkan pasukan militer ke zona perbatasan yang didemiliterisasi, dan memperingatkan "bencana total" akan terjadi antara kedua pihak.

Ketegangan meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir--sebagian didorong oleh pembelot di Selatan yang mengirim propaganda melewati perbatasan.

Baca juga: Korea Utara Ledakkan Kantor Penghubung, Ini Respons Keras Korea Selatan


Apa yang dikatakan Korea Utara?

Media Pemerintah Korea Utara menuduh pihak Korea Selatan secara sistematis telah melanggar dan menghancurkan perjanjian 2018 baru-baru ini termasuk Deklarasi Panmunjom.

Di dalam artikel itu, Kementerian Pertahanan Korea Selatan disamakan dengan anjing kampung yang ditakuti, sombong, suka menggertak, mengoceh, dan memicu suasana konfrontatif.

Di dalam artikel media itu, diakhiri dengan peringatan bahwa ledakan pada Selasa kemarin merupakan awal dari total bencana hubungan Utara-Selatan.

Baca juga: Diancam Kim Yo Jong, Korsel Janji Larang Propaganda Pembelot

Sementara itu, militer Korut mengatakan akan memindahkan pasukan ke dua simbol kerja sama Korea di masa lalu, yakni kompleks industri yang tutup di Kaesong dan zona wisata Gunung Kumgang di pantai timur.

Kim Yo Jong juga menyerang Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

"Alasan mengapa perjanjian indah antara Korut-Korsel tidak dilaksanakan selangkah pun adalah karena Korsel menempatkan diri mereka sebagai bayang-bayang Amerika Serikat (boneka AS)."

Dia melanjutkan, "Bahkan sebelum tinta perjanjian Utara-Selatan mengering, dia (Moon Jae-in) menerima tawaran kelompok kerja Korea Selatan-AS di bawah paksaan."

Baca juga: Korea Utara Ledakkan Kantor Penghubung dengan Korea Selatan di Kaesong

Bagaimana respons Korea Selatan?

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada Rabu (17/6/2020) mengatakan bahwa tindakan Korut tidak masuk akal dan memperingatkan bahwa Seoul tidak akan lagi menerima perilaku tak beralasan dari Korea Utara.

Meskipun terjadi ledakan di kantor penghubung, pihak Korea Selatan berharap perjanjian 2018 di Pyongyang dapat dihormati.

"Ini adalah sikap dasar kami bahwa perjanjian militer 19 September harus dipatuhi tanpa gagal membangun perdamaian di Semenanjung Korea dan untuk mencegah bentrokan yang tidak disengaja," kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

Pihak Kementerian Korea Selatan juga memperingatkan bahwa setiap tindakan militer oleh Korea Utara diawasi dengan ketat, dengan "respons kuat" terhadap setiap provokasi militer.

Korea Selatan juga menawarkan untuk mengirim utusan khusus untuk meredakan ketegangan saat ini, tetapi Korea Utara dengan cepat menolak gagasan itu.

Baca juga: Tolak Berunding, Korea Utara Ancam Tingkatkan Jumlah Pasukan Militer di Zona Demiliterisasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com