Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usung Isu Ras Saat Kerja, Tim Medis Covid-19 Ikut Demo George Floyd

Kompas.com - 05/06/2020, 12:20 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK, KOMPAS.com - Para petugas medis seperti dokter dan perawat yang dipuji sebagai 'pahlawan' di tengah wabah virus corona mengecam praktik pemisahan berdasarkan rasial dalam sistem kesehatan publik dengan bergabung dalam protes kematian George Floyd.

Dengan memakai masker wajah dan alat pelindung diri (APD) lainnya, sekitar seratus pekerja medis berjalan keluar Rumah Sakit Bellevue di Manhattan pada Kamis (4/6/2020).

Mereka melakukan demonstrasi untuk menentang praktis rasialisme struktural yang terjadi di Amerika dengan memegang papan bertuliskan, 'perawatan kesehatan untuk semua' dan 'rasialisme membunuh pasien saya'.

Baca juga: Kematian George Floyd, Negara yang Dituduh Trump Lakukan Pelanggaran Hak Demokrasi Menyerang Balik

Selain itu, mereka juga berlutut dalam diam selama 8 menit 46 detik, durasi waktu di mana petugas polisi Minneapolis Derek Chauvin menindih leher George Floyd dan menyebabkan kematian pria kulit hitam itu.

"Kami telah diambil sumpah untuk melayani seluruh komunitas, kami telah disumpah untuk melindungi hak dan kesehatan publik, kini praktik kekuatan dan kebrutalan polisi menjadi darurat kesehatan publik," ujar Kamini Doobay, seorang dokter divisi gawat darurat di Bellevue.

Doobay juga juga seorang panitia dalam demo protes yang diselenggarakan pada Kamis kemarin dan diikuti oleh 6 rumah sakit di New York.

Baca juga: Ketidaksetaraan Ras di Inggris Picu Peningkatan Kasus Kematian akibat Covid-19

"Sebagai tenaga profesional kesehatan yang saat ini tengah melawan Covid-19, saya juga berjuang melawan virus rasisme," ujar Billy Jean, seorang perawat kulit hitam yang berbicara kepada kerumunan.

Wabah virus corona telah membunuh sekitar 21.000 warga kota New York dan mempengaruhi secara tidak proporsional pada komunitas-komunitas minoritas termasuk Afrika-Amerika.

Hampir 23 persen dari mereka yang tewas di seluruh penjuru AS adalah orang kulit hitam, berdasarkan keterangan seorang pejabat anonim, meski orang kulit hitam hanya 13,4 persen dari populasi warga AS.

Baca juga: Karena Hoaks, McDonalds Cabang Guangzhou, China, Larang Masuk Orang Kulit Hitam

Di New York, anggota komunitas kulit hitam meninggal dua kali lebih banyak dibandingkan komunitas kulit putih.

Menurut tenaga profesional, kurangnya perawatan kesehatan universal membuat kelompok kurang mampu tidak bisa menerima perawatan sebagaimana yang diterima kelompok kaya. 

"Kami melihat pasien-pasien dengan kulit berwarna menderita dengan sangat tidak pantas akan penyakit kronis, tidak mendapat pelayanan yang pantas dan juga kami melihat kekerasan yang mematikan yang menjadi wabah bagi komunitas ini," ungkap seorang dokter yang berusia 28 tahun, Damilola Idowu.

Baca juga: Stigma dan Mitos Sebabkan Orang Afrika-Amerika Rentan Terkena Covid-19

"Pria kulit hitam datang dengan luka tembak, akibat kebrutalan polisi, kami menyaksikan semua itu," ujar Idowu kepada media Perancis AFP.

Pada Selasa (2/6/2020) puluhan dokter dan perawat dari Rumah Sakit Gunung Sinai turun ke jalan untuk memberi apresiasi kepada ribuan pemrotes yang berbaris di Fifth Avenue. 

Aksi serupa dilakukkan di luar gedung rumah sakit lainnya di New York dan di tempat lain di AS termasuk Pusat Medis Texas di Houston dan Rumah Sakit Universitas Howard di Washington DC.

Baca juga: China Waspada Kasus Impor Covid-19, Orang Afrika Jadi Sasaran Rasialisme

Apresiasi itu berwujud tepuk tangan yang mengingatkan pada aksi tepuk tangan pada tiap pukul 7 sore waktu setempat untuk petugas medis yang berjuang melawan virus corona dan menjadi ritual harian di New York selama krisis wabah.

"Terima kasih! Kami mencintai kalian!" teriak seorang pengunjuk rasa yang berhenti dan berfoto selfie dengan para dokter juga perawat.

"Kini para pemrotes yang mengusung isu (rasial), yang membiarkan tubuh mereka di luar sana dengan risiko ditangkap, ditindak aparat, mereka adalah pahlawan saat ini," ujar Idowu.

"Jadi, rasanya pantas bagi kami untuk mendukung dan menghibur mereka dengan cara yang sama dengan ketika mereka mendukung kami saat berjuang melawan Covid-19," tandasnya.

Baca juga: Usai Dituding Rasialis, China Akan Tingkatkan Perawatan Orang Afrika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com