Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pria Ukraina Diperkosa Istrinya Selama 10 Tahun, "Dicakar sampai Berdarah dan Ditonjok"

Kompas.com - 18/05/2020, 07:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Mayoritas kekerasan rumah tangga dilaporkan oleh perempuan. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sepertiga perempuan dan anak perempuan di dunia mengalami kekerasan seksual atau fisik pada masa hidupnya.

Kekerasan terhadap pasangan atau anggota keluarga laki-laki tidak banyak terjadi dan juga jarang dibicarakan.

Kekerasan domestik terhadap pria dipandang tabu di banyak negara, dan korbannya sering kali harus menghadapinya sendiri.

Seorang pria dari Ukraina, yang tak mau menyebutkan namanya, berbagi ceritanya kepada BBC. Ini adalah kisahnya, dan saran dari ahli tentang bagaimana mengenali tanda-tanda dan bagaimana menghadapi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Cinta pertama saya

Saya tidak tahu apakah teman-teman saya curiga. Semuanya terlihat baik-baik saja dari luar: kami sering tersenyum, punya banyak teman, banyak uang, bahagia, dan kami percaya diri. Kami bepergian bersama ke setengah bagian dunia.

Saya tidak takut dengannya ketika kami bepergian, dia tidak akan menyakiti saya di hadapan orang lain. Yang paling saya hindari adalah ketika saya bersamanya sendiri.

Baru belakangan ini saya sadar bahwa mantan istri saya telah memerkosa saya selama 10 tahun.

Ira adalah cinta pertama saya. Kami bertemu ketika kami masih berusia awal 20-an tahun. Dia yang pertama kali mengajak saya kencan. Orang tua saya mengatakan, saya harus keluar rumah secepatnya jika saya mulai pacaran. Dengan kata lain, berpasangan dengan orang lain berarti saya harus melepas keluarga dan rumah yang menaungi saya.

Dalam satu hari saya kehilangan semuanya. Momen itu menakutkan bagi saya. Jadi saya baru bisa pacaran ketika saya punya cukup tabungan untuk berpisah dengan keluarga.

Baca juga: Ucapan Trump Soal Virus China Telah Memicu Kekerasan Terhadap Warga AS Keturunan Asia

Kepercayaan diri yang rendah

Di samping itu, ibu saya malu dengan penampilan saya. Saya dulu punya kepercayaan diri yang rendah.

Pengalaman seksual pertama saya adalah dengan Ira, dan saat itu, saya memang ingin melakukannya. Namun, itu tidaklah normal, rasanya sakit dan agresif. Hubungan seksual pertama kami berlangsung sekitar lima jam, dan saya merasa sakit setelahnya.

Dia sepertinya punya tujuan tersendiri bahwa setiap hubungan seksual harus berakhir dengan sperma. Ia akan terus membantu saya sampai saya selesai, biasanya berlangsung satu sampai dua jam.

Seks harusnya menyenangkan, tetapi tidak untuk saya. Saya tidak berpengalaman dan saya dulu menganggap bahwa seks adalah seperti itu, jadi saya selalu mengiyakan.

Namun, dalam waktu singkat saya bilang "tidak." Itu tidak menghentikannya, dan saat itulah hubungan seks kami berubah menjadi pemerkosaan.

Baca juga: WHO Catat Kekerasan Rumah Tangga di Eropa Meningkat Selama Lockdown

Saya terjebak

Saya harus pergi ke luar negeri untuk perjalanan bisnis dalam waktu lama. Saya takut kehilangan Ira, jadi saya mengajaknya. Saya bahkan mengajaknya menikah. Ia menolak, tetapi ia tetap ikut saya. Itulah awalnya.

Saya capek setelah bekerja dan ingin istirahat, tapi ia mulai menuntut untuk berhubungan seks. Saya menyetujuinya satu kali, dua kali... Ia lalu berkata, "Saya ingin, saya butuh, jadi kamu harus, ayolah, saya sudah menunggu lama." Saya menjawabnya, "Tidak, saya tidak ingin melakukannya, saya ingin istirahat, saya capek."

Ia lalu memukul saya dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Ia mencakar saya sampai saya berdarah, ia juga menonjok saya. Ia tidak akan menonjok muka saya, hanya bagian yang tertutup seperti dada, punggung, dan tangan saya.

Saya tidak melawan karena menurut saya memukul perempuan adalah tindakan yang agresif dan salah. Begitulah saya dididik orang tua. Saya merasa kecil, lemah, dan terjebak. Ia akan mendapat apa yang ia mau dan ia biasanya berada di posisi atas.

Satu waktu, saya mencoba menyewa kamar untuk saya sendiri di hotel. Namun, saya tidak bisa bahasa setempat, jadi resepsionis hotel tidak mengerti saya. Saya pun terjebak bersamanya. Saya takut kembali ke hotel setelah saya kerja, jadi saya biasanya jalan-jalan ke mal sampai tutup.

Setelah itu saya jalan-jalan keliling kota. Saat itu musim gugur, jadi cuaca dingin dan basah, dan saya tidak membawa baju hangat. Saya pun terkena infeksi saluran kemih, prostatitis, dan demam. Namun, hal itu tidak menghalangi Ira, saya harus melakukan apa yang dia mau.

Akhir pekan adalah saat yang paling parah. Saya diperkosa pada Sabtu pagi dan Minggu malam. Saya menghitung hari sampai saya bisa kembali ke Ukraina. Saya pikir dengan kembali ke sana kami akan putus, tetapi saya salah.

Baca juga: Paus Fransiskus Doakan Para Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Selama Lockdown

"Saya mencoba kabur, tetapi saya menyerah"

Saya lalu kembali ke rumah orang tua saya dan tidak berencana menghubungi Ira, apalagi tinggal dengannya. Tapi upaya saya untuk menghindari Ira berlarut sampai bertahun-tahun.

Kami sering bertengkar, dan saya mematikan telepon dan memblokirnya di platform manapun. Saya biasanya sembunyi tapi ia akan mendatangi saya dan duduk di sisi lain pintu. Ia menelpon saya dan berjanji bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Saya pun selalu kembali ke Ira, setiap saat. Saya sangat takut sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com