PARIS, KOMPAS.com - Grup farmasi Sanofi yang berbasis di Paris, Perancis, mendadak dapat sorotan dalam peracikan vaksin virus corona.
Sebabnya, Sanofi yang sedang mengembangkan dua vaksin Covid-19, menjanjikan vaksin itu akan tersedia untuk semua negara secara serempak, tanpa adanya negara prioritas.
Pernyataan itu diungkapkan oleh Ketua Sanofi, Serge Weinberg, kepada saluran televisi France 2, seperti yang diberitakan kantor berita Perancis AFP, Jumat (15/5/2020).
Baca juga: Pemimpin Dunia Minta Vaksin Virus Corona Harus Tersedia Gratis
Ucapan Weinberg sekaligus meluruskan pernyataan CEO Sanofi, Paul Hudson, yang lebih dulu mengatakan bahwa pasien Covid-19 negara tertentu, yakni di Amerika Serikat (AS), berpeluang mendapat vaksin pertama kali.
Untuk lebih mengenal seluk beluk Sanofi, berikut adalah 5 fakta perusahaan tersebut dilansir dari pemberitaan AFP.
Sanofi mempekerjakan sekitar 100.000 karyawan di seluruh dunia dan membuat produk di 32 negara. Omzetnya tahun lalu adalah 36 miliar euro (Rp 581 triliun).
Perusahaan ini didirikan pada 1973 dengan hanya 10 staf, sebagai pecahan dari grup minyak Perancis Elf Aquitane.
Kemudian dua kesepakatan besar membawa Sanofi menjadi perusahaan multinasional.
Pertama, kesepakatan pada 1999 dengan anak perusahaan L'Oreal untuk menjdi Sanofi-Synthelabo.
Kemudian, Sanofi mengajak bergabung saingannya di Perancis-Jerman yakni Aventis, yang awalnya menolak tawaran itu.
Setelah proses berlarut-larut yang berubah menjadi sangat politis di Paris dan Berlin, Aventis akhirnya sepakat bergabung pada April 2004.
Pada 2011, gabungan Sanofi-Aventis mengucurkan dana lebih dari 20 miliar dollar AS (Rp 298,7 triliun) untuk mengakuisisi perusahaan bioteknologi AS Genzyme dan mengubah namanya sendiri menjadi Sanofi.
Baca juga: Redam Kekhawatiran WHO, Uni Eropa Yakin Vaksin Corona Siap dalam Setahun
Pada September 2019, Paul Hudson menjadi bos non-Perancis pertama Sanofi saat perusahaan ingin tumbuh secara global.
Hudson yang dibesarkan di Manchester, Inggris, sebelumnya memegang peran senior di Novartis dan AstraZeneca.
Pekan ini ia membuat gempar dunia, ketika mengatakan orang Amerika akan mendapat prioritas vaksin corona yang dikembangkan Sanofi. Sebab, pemerintahan AS telah mendanai penelitian perusahaan.