Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Shenzhen di China Jadi yang Pertama Larang Konsumsi Daging Anjing dan Kucing

Kompas.com - 02/04/2020, 16:22 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

SHENZHEN, KOMPAS.com - Kota Shenzhen di China dilaporkan jadi yang pertama menerapkan larangan penjualan dan konsumsi daging anjing dan kucing.

Langkah itu diberlakukan menyusul keyakinan bahwa wabah virus corona yang tengah melanda berhubungan dengan perdagangan hewan liar.

Otoritas China sempat melarang adanya penjualan dan konsumsi hewan liar begitu virus bernama resmi SARS-Cov-2 itu melanda pada Januari.

Baca juga: Kasus Pertama, Kucing di Belgia Positif Terinfeksi Virus Corona

Tetapi pemerintah Shenzhen mengambil kebijakan lebih tegas. Mereka melarang warga memakan daging anjing dan kucing dalam aturan yang berlaku per 1 Mei.

Organisasi Humane Society International (HSI) menyatakan, 30 juta ekor anjing dibunuh di seluruh Asia setiap tahunnya untuk dikonsumsi.

Dilansir Reuters via BBC Kamis (2/4/2020), otoritas Shenzhen menerangkan, anjing dan kucing adalah hewan yang punya kedekatan emosional lebih dengan manusia.

"Pelarangan ini merupakan tanggapan dari semangat sekaligus permintaan akan semakin tingginya peradaban manusia," kata pemerintah.

Selain itu, praktik ini disebut lumrah di sejumlah negara maupun wilayah China lainnya seperti Hong Kong, yang menuai pujian dari HSI.

Baca juga: Di Vietnam, Daging Kucing Jadi Santapan Favorit

Pakar kebijakan China di HSI, Dr Peter Li, menyatakan keputusan pemerintah kota di tenggara Negiri "Panda" itu merupakan tonggak penting.

"Ini benar-benar momen penting dalam upaya mengakhiri perdagangan brutal yang membunuh 10 juta anjing dan 4 juta kucing di China setiap tahunnya," kata dia.

Meski begitu di saat bersamaan, Beijing dilaporkan menyetujui penggunaan empedu beruang sebagai obat tradisional bagi penderita virus corona.

Benda yang berasal dari pencernaan beruang, dan diambil dalam keadaan si binatang hidup, disebut telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional.

Baca juga: Viral Video Siswa SMA di Semarang Pelihara Induk Kucing dan 4 Anaknya di Kelas

Kandungan aktif, yaitu asam ursodeoxycholic, biasanya digunakan dalam mengobati penyakit batu empedu atau merawat pasien liver.

Tetapi dalam perkembangannya, muncul bukti bahwa bahan tersebut terbukti efektif dalam mengobati virus bernama resmi SARS-Cov-2 itu.

Juru bicara Animals Asia Foundation, Brian Daly kepada AFP berkata, mereka seharusnya tak mengandalkan bahan dari hewan liar untuk mengobati Covid-19.

Pasar hewan liar

Pada Februari, pemerintah pusat di China bergerak cepat dengan mengeluarkan larangan untuk memperjualbelikan dan memakan binatang liar.

Kebijakan itu diambil setelah Pasar Seafood Huanan di Wuhan diyakini sebagai lokasi pertama virus corona menyebar, dan saat ini menjangkiti seluruh dunia.

Kabar tersebut langsung membuat Beijing menindak tegas setiap pedagang atau toko yang masih mempertahankan penjualan daging hewan liar.

Baca juga: Ketahuan Jual Daging Kucing, Pria Kenya Dikirim ke Penjara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com