KOMPAS.com - Para pemuka tiga agama monoteis utama di Timur Tengah, Yahudi, Kristen dan Islam mendukung upaya-upaya pencegahan atas wabah virus corona.
Kepala Rabbi Sephardic Israel (Rabbi keturunan Spanyol), Yitzhak Yosef, mengeluarkan peraturan yang meminta para pengikutnya untuk dekat dengan ponsel mereka saat Shabbat, sehingga mereka dapat menerima informasi penting terkait virus Covid-19.
Sementara itu, seorang wali di Gereja Makam Suci Patriarkh Latin Yerusalem-sebuah situs yang dipercaya orang Kristen sebagai makam Kristus-mengatakan pada jemaatnya untuk menerima roti komuni di tangan mereka dan bukan disuapi ke mulut seperti yang biasa dilakukan.
Dan para ulama Islam terkemuka di Timur Tengah juga mayoritas di Afrika Utara mendukung penutupan masjid untuk menghindari pertemuan besar di mana risiko kontaminasi virus sangat tinggi.
Baca juga: Kekurangan APD, Tim Medis di Eropa Berlindung dari Virus Corona Pakai Kantong Sampah
Di negara-negara muslim di kawasan Timur Tengah, para ulamanya mendukung langkah-langkah berbasis ilmiah untuk mengendalikan virus.
Terutama, untuk mencegah kerumunan dengan meminta jemaahnya beribadah shalat dari rumah dan bukan di masjid.
Negara-negara Islam Sunni di wilayah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Oman dan Bahrain telah menutup masjid-masjid mereka.
Di Mesir, negara dengan padat penduduk di Timur Tengah, para ulamanya telah memerintahkan penutupan dua pekan untuk seluruh masjid dan gereja serta melarang shalat berjamaah.
Pemerintah Tunisia juga lakukan hal serupa. Meski begitu, masih ada beberapa jemaah yang shalat di depan masjid yang ditutup.
Padahal, para ulama akan memberikan kabar penting lewat broadcast terkait wabah virus corona.
Baca juga: Banyak Lansia dan Fasilitas Kurang Memadai, Faktor Angka Kematian Virus Corona di Italia Tinggi
Di Aljazair, seruan azan (seruan untuk shalat) diubah redaksinya. Kalimat 'hayya 'alaa shalaah' (Mari menunaikan shalat) diganti dengan (sholluu fii buyuutikum) artinya, shalatlah di rumah-rumah kalian.
Di Iran, negara mayoritas Islam Syiah juga memberlakukan hal serupa. Empat situs Islam Syiah di Iran ditutup.
Republik Islam Iran adalah salah satu dari tiga negara yang paling tinggi angka infeksi dan kematiannya akibat virus corona.
Wabah virus corona rupanya juga menimbulkan perselisihan yang sebelumnya sudah berlangsung lama yaitu antara peran sains dan agama di Iran.
Tetapi, pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei turun tangan dan mendukung para profesional medis. Tindakannya itu efektif menutup perdebatan.