Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua WHO: Virus Corona Berpotensi Jadi Wabah

Kompas.com - 28/02/2020, 11:50 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) melalui ketuanya, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan virus corona berpotensi menjadi wabah dan saat ini berada di "titik menentukan".

Komentarnya terjadi setelah hampir 50 negara berjibaku untuk mencegah penyebaran virus, di mana infeksinya lebih banyak dibanding luar China.

Iran dan Italia disebut sebagai episentrum virus corona, di mana orang yang bepergian dari dua negara itu dilaporkan langsung terinfeksi.

Baca juga: Paus Fransiskus Seka Hidung dan Batuk Saat Beri Dukungan ke Penderita Virus Corona

"Apa yang terjadi di dunia dalam belakangan ini, kini sudah menjadi perhatian terbesar kami," ujar Dr Tedros dilansir BBC Kamis (27/2/2020).

Apa yang WHO katakan?

Tedros meminta agar pemerintah dunia bergerak secara agresif namun mulus guna mencegah Covid-19, nama penyakit yang diakibatkan virus corona.

Dia menerangkan bahwa saat ini, dunia tengah menghadapi situasi pelik di mana wabah bisa menyebar ke mana pun, tergantung penanganan mereka.

"Ini bukanlah waktu untuk takut. Ini adalah waktu untuk mengambil tindakan dan menyelamatkan banyak jiwa," ujar pejabat dari Eritrea itu.

Baca juga: Setelah Menteri, Wakil Presiden Iran Positif Terjangkit Virus Corona

Apa saja kebijakan pencegahan yang dilakukan negara dunia?

  • Jepang dan Irak memerintahkan agar sekolah ditutup. Kebijakan yang sama pernah diumumkan China, negara asal virus, ketika wabah itu menyebar Desember 2019.
  • Arab Saudi menangguhkan visa umrah. Tidak diketahui apakah musim haji, yang bakal digelar pada Juli tahun ini, bakal terdampak.
  • Iran menginstruksikan warganya untuk melakukan perjalanan tak diperlukan di seluruh negara, dan menangguhkan shalat Jumat di Teheran maupun Qom.
  • Australia memutuskan memperpanjang larangan untuk turis asing yang berasal dari China.
  • Italia, yang sudah melaporkan 17 korban meninggal dan 650 kasus penularan, memutuskan menutup 11 kota di kawasan utara.
  • Yunani mengumumkan pembatalan segala agenda karnaval.

Baca juga: Antisipasi Virus Corona, KBRI Seoul Tutup Sementara

Bagaimana penutupan sekolah di Jepang terjadi?

Dalam pernyataannya, Jepang memutuskan untuk menutup sekolah sejak Senin (2/3/2020), hingga dimulainya musim semi pada April mendatang.

Kebijakan tersebut berdampak pada 13 juta siswa, di mana Perdana Menteri Shinzo Abe berkata, awal Maret adalah "periode paling kritis" terkait upaya mereka mencegah virus.

Tak pelak, sejumlah orangtua murid di Negeri "Sakura" mengekspresikan keluhan mereka terkait keputusan pemerintah meliburkan sekolah.

"Perasaan terdalam saya..., sekolah diliburkan? Penting memang melindungi anak. Namun, bagaimana jika orangtua mereka bekerja," ungkap netizen.

Merespons keluhan mereka, otoritas menyatakan bahwa penitipan anak maupun fasilitas pasca-sekolah tetap beroperasi seperti biasa.

Baca juga: [POPULER INTERNASIONAL] Berkeringat, Menteri Iran Terinfeksi Virus Corona | Keturunan WNI di Malaysia Bertemu Ibu Kandung Setelah 15 tahun

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com