KOMPAS.com - Kaeang Pangarep dan Erina Gudona menyelenggarakan akad nikah di Pendopo Agung Ambarrukmo di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Sabtu (10/10/2022).
"Menu makanan semuanya dari hotel. Memilih menu makanan ladosan, jadi satu orang satu menu makanan, konsepnya klasik kayak zaman dulu, satu-satu begitu, bukan family ya," ujar kata Dani Wigung, pemilik Pengantin Production, penyelenggara pernikahan Kaesang-Erina di Yogyakarta saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/12/2022).
Ladosan Dhahar Dalem merupakan cara menyuguhkan makanan bagi para raja dan tamu di Keraton Yogyakarta.
Pakar dan penulis kuliner Indonesia, Prof Dr. Murdijati Gardjito menuturkan, ladosan berasal dari kata ladosi yang berarti melayani dalam Bahasa Jawa.
"Ladosan itu menyuguhkan makanan, tetapi kalau Ladosan Dhahar Dalem hanya untuk Sri Sultan," kata Murdijati saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/12/2022).
Hidangan berupa nasi, sayur, lauk pauk, dan buah-buahan pada Ladosan Dhahar Dalem ditata di kotak kayu bernama jodhang, seperti dikutip buku "Menu Favorit Para Raja - Potret Kekayaan Kuliner Yogyakarta Kersanan Ndalem" (2018) oleh Murdijati Gardjito, Retno Indrati, dan Amaliah terbitan Kanisius.
Dua orang abdi dalem Keraton kemudian membawa jodhang dengan memikul sekaligus memayungi wadah hidangan tersebut kepada raja, sembari diiringgi oleh abdi dalem perempuan.
Murdijati mengatakan, ada banyak hidangan yang dapat disajikan dalam Ladosan Dhahar Dalem. Salah satu yang paling wajib adalah Lodeh Kluwih, menyimbolkan yang mulia.
Upacara Ladosan Dhahar Dalem masih terus dilakukan sampai hari ini di Keraton Yogyakarta setiap hari pukul 11.00 WIB.
"Meskipun tidak disentuh oleh sultannya karena dia punya dapur sendiri, Keraton tetap menyelenggarakan penyajian teh sama makan Ladosan Dhahar Dalem setiap hari dan boleh ditonton," jelasnya.
Baca juga:
Ladosan Dhahar Dalem hanya dapat dilakukan di Keraton Yogyakarta untuk orang yang sangat terhormat, seperti disampaikan Murdijati.
Para abdi dalem atau pelayan dipilih khusus untuk membawa hidangan bagi raja dan tamunya.
Kedua tangan abdi dalem berisi baki yang dipegang di bagian depan atas kepala. Mereka harus membawa makanan perlahan dengan cara jongkok.
"Karena raja duduk di bawah, budaya Jawa itu itu kan makan duduk di bawah, tetapi kalau raja pakai karpet," kata Murdijati.