Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Tradisi Piring Terbang, Jamuan Makan Pernikahan di Solo

Kompas.com - 09/12/2022, 18:16 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tradisi piring terbang merupakan jamuan makan dalam pernikahan adat Jawa, khususnya di daerah Solo dan sekitarnya. 

Maksud tradisi ini tidak diartikan secara harfiah. Piring bukan sengaja diterbangkan untuk menjamu tamu.

Melainkan, tamu hanya perlu duduk menunggu pramusaji yang menyajikan hidangan saat acara pernikahan. Jamuan piring terbang boleh dibilang kebalikannya prasmanan. 

Pemerhati Kuliner Indonesia dan penulis buku kuliner, Prof Dr. Murdijati Gardjito mengatakan, tradisi piring terbang adalah cara menjamu tamu dengan menghidangkan makanan satu per satu.

Gaya makan ini merupakan tradisi dalam pernikahan masyarakat Yogyakarta, Solo, dan Tionghoa.

Menurut Mur, tradisi piring terbang masih dipakai hingga kini dalam pernikahan adat Solo, sedangkan di Yogyakarta sudah jarang ditemukan.

Baca juga:

"Piring terbang itu begini, makanannya sudah ditaruh piring, biasanya berbentuk bintang sehingga ujungnya ada lima," jelas Murdijati saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/12/2022).

Setiap lekukan nasi berbentuk bintang diisi dengan lauk pauk beserta sambal dan kerupuk. Total ada tujuh macam lauk pauk yang biasa dihidangkan dalam pernikahan adat Jawa.

Sementara untuk adat Tionghoa, lauk pauk biasanya berjumlah sembilan yang berupa perwakilan jenis makanan dari masing-masing asalnya.

"Misalnya, ada burung dara mewakili hewan terbang, ayam mewakili hewan lari, bebek mewakili hewan renang, dan ikan mewakili hewan hidup di air," kata Murdijati.

Baca juga:

Urutan makanan

Para pramusaji menyajikan hidangan ke para tamu undangan di sebuah acara pernikahan di Kota Solo dengan tradisi piring terbang. TribunSolo.com/dok Pandu Pravasthara Putra Para pramusaji menyajikan hidangan ke para tamu undangan di sebuah acara pernikahan di Kota Solo dengan tradisi piring terbang.

Mur mengatakan, sejumlah makanan tersebut tidak langsung disajikan di masing-masing piring pada tamu.

Makanan akan diantar satu per satu di piring berbeda dengan urutan yang sudah ditetapkan atau dikenal juga dengan sebutan USDEK.

USDEK merupakan singkatan dari Unjukan (minuman), Sup, Dhaharan, Es, dan Kondur.

"Sup dulu, baru ganti piring makan, dhaharan, lalu kondur atau pulang," ujar Murdijati.

Penyajian makanan satu per satu ini membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan prasmanan.

"Piring terbang itu relatif lama karena kebutuhan porsinya sudah pasti atau dijatah dan penyajiannya lama satu demi satu," pungkasnya.

Baca juga:

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com